Monday, 8 June 2009

TERJEBAK SISTEM

Banyak organisasi atau perusahaan yang memiliki sistem yang baik dalam pengelolaannya. Sebaliknya, tidak sedikit pula organisasi atau perusahaan yang tidak memiliki sistem yang baik dalam pengelolaannya. Baik artinya di sini adalah bahwa pengelolaan organisasi atau perusahaan mengedepankan sistem yang berlandaskan profesionalisme dan kompetensi sumber daya manusia secara obyektif.

Bila, organisasi atau perusahaan dalam pengelolaannya tidak mengedapankan sistem yang berlandaskan profesionalisme dan kompetensi sumber daya manusia secara obyektif, maka pegawainyalah yang akan menjadi korban. Gejalanya yang muncul bisa sangat beragam, antara lain :
  1. Penempatan decision maker yang tidak tepat alias tidak "the right man on the right place";

  2. Muncul demotivasi pegawai secara ekstrim. Artinya, pegawai bekerja hanya menggugurkan kewajiban tanpa keinginan untuk membangun prestasi apalagi berprinsip efisiensi bagi operasional perusahaan;

  3. Muncul ketidakpedulian pegawai terhadap progress dan berbagai kegiatan organisasi atau perusahaan. Hal ini terlihat dari animo, antusiasme pegawai dalam berbagai kegiatan yang kurang menunjukkan respon positif. Selain itu, pegawai seringkali menolak terlibat secara aktif dalam berbagai kegiatan yang juga melibatkan para CEO;

  4. Jenjang karir tidak terlaksana secara obyektif;

  5. Kaderisasi tidak terwujud berdasarkan kompetensi obyektif;

  6. Pegawai tidak memiliki rasa "Sense of belonging" atau rasa memiliki terhadap organisasi atau perusahaan. Kondisi ini terlihat manakala pegawai tidak merasa bangga dengan nama besar organisasi atau perusahaan di mana ia bekerja, dll.

Sebaliknya bagi pegawai, sistem yang buruk menimbulkan sejumlah akses, antara lain :

  1. Pegawai tidak punya track record yang progresive saat ingin keluar dari '(un)comfort zone' dan berkompetisi dengan dunia luar.
  2. Pegawai tidak mampu berkompetisi dan dianggap bermasalah baik oleh organisasi atau perusahaan di mana ia bekerja saat ini atau juga oleh perusahaan calon perekrut di mana pegawai berupaya menjajal kemampuan. Padahal, kondisi stagnant yang menimpa pegawai merupakan kondisi kolektif yang menimpa sebagian besar pegawai. Akibatnya, kondisi ini menjadi penghalang bagi sebagian besar pegawai yang ingin melakukan perbaikan dan keluar dari zona 'tidak' nyaman.
  3. Tanpa disadari, sistem yang buruk dapat berpeluang untuk membuat pegawai menjadi mundur kompetensi-nya lantaran tidak pernah pernah diberi peluang yang proporsional, ayng sesuai dengan talentanya. Bila hal ini menimpa sebagian besar pegawai, artinya secara kolektif kondisi ini akan menjadi bahaya laten bagi organisasi atau perusahaan terhadap sebuah kemunduran secara institusional.
  4. Muncul ketidakpuasan pegawai terhadap manajemen. Pegawai yang tidak puas dapat terpengaruh kinerjanya. Mereka menjadi malas bekerja, orientasi hanya pada uang, kedekatan emosional tidak terbangun, dll;
  5. Muncul perpecahan di antara pegawai. Sistem yang buruk dalam sebuah organisasi atau perusahaan biasanya tetap akan mendatangkan keuntungan bagi sebagian orang. Biasanya lagi, orang-orang yang diuntungkan adalah orang-orang yang menurut sebagian besar orang tidak memiliki kopetensi atau kelayakan yang sesuai. Nah, kondisi inilah yang nantinya menyebakan timbulnya perpecahan, gap bahkan permusuhan di antara pegawai;
  6. Muncul ketidapercayaan pegawai terhadap manajemen. Ketidakpercayaan pegawai jelas menjadi ancaman sangat serius bagi manajemen. Bila pegawai tidak percaya lagi kepada manajemen, tentu akhirnya mereka tidak akan mendukung manajemen dalam mewujudkan berbagai agenda orgasiasi atau perusahaan.

Belajar dari kasus anak yang terisolir dan tidak dididik secara proporsional oleh orang tuanya selama bertahun-tahun dalam studi kasus ilmu psikologi komunikasi, menyebabkan anak tersebut tidak dapat berkomunikasi secara normal di usianya yang sebelas tahun.
Itu artinya, lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan dan potensi seseorang dalam hal kemampuan di segala hal. Bukan saja kemampuan berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain, namun kemampuan manusia dalam berpikir pun dapat terganggu bila tidak pernah dimanfaatkan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Kasus yang sama juga terjadi pada observasi mahasiswa yang diuji coba dan diperlakukan sebagai tahanan. Dengan kondisi dan perlakukan tertentu, mahasiswa yang pada dasarnya adalah mahasiswa yang rasional dan sangat berbakat atau pandai, pada akhirnya menjadi sosok yang liar dan tidak terkendali karena dalam periode waktu tertentu mengalami perlakuan tertentu secara intens. Dalam hal ini, para mahasiswa mengalami perlakuan kekerasan secara fisik dan mental, maka jadilah mereka manusia yang liar, keras, dan agresive.

Demikianlah kehidupan manusia. Bahwa fitrahnya, manusia adalah makhluk sosial yang butuh orang lain dan membutuhkan perlakuan yang yang manusiawi. Begitupun secara ilmiah, kondisi tersebut telah dibutktikan dalam berbagai riset ilmiah oleh para pakar komunikasi. Maka, bila ada pegawai yang tidak perform alias tidak berprestasi, tentu itu bukan harga mati disebabkan karena ybs memang tidak berprestasi.

Ada banyak hal yang harus dipelajari sebelum menyimpulkan dan untuk itu diperlukan observasi secara obyektif. Namun yang paling menyedihkan manakala pegawai telah menyadari kondisi yang tidak profesional dalam lingkungan kerjanya dan ybs menghendaki keluar dari 'zona "tidak" nyaman', ybs tidak berhasil menjual dirinya lantaran tidak memiliki nilai jual yang terbentuk karena sistem yang buruk itu tadi.

Dalam hal ini sangat tidak etis sekali bila pegawai terpaksa harus membeberkan keburukan organisasi atau perusahaan tempat ia bekerja selama ini. Namun di satu sisi, perusahaan perekrut kadang atau bahkan seringkali hanya mengukur, menilai calon pegawai berdasarkan ukuran-ukuran normatif saja. Bisa jadi, sebagai decision maker, mereka pun melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan organisasi atau perusahaan yang masih mengelola dan memimpin secara amatiran juga. Dan, karena keberadaaannya yang jauh di atas, mereka tidak pernah tahu kondisi yang sebenarnya.

Kedua hasil penelitian tersebut membuktikan betapa lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap kharakter seseorang, yang secara rasional, analoginya alasan seperti ini pun bisa terjadi dalam dunia kerja. Maka, agar tidak terjebak sistem, kenalilah segera situasi lingkungan kerja dalam batas toleransi waktu yang wajar atau normal agar anda tidak terlanjur terjebak dalam sistem. Maksimal, lima tahun anda bekerja tidak ada kemajuan dalam karir, anda harus waspada dan segera lakukan strategi yang tepat. Anda harus perjuangkan dan bela hak anda dengan tetap mengedapankan prinsip-prinsip keadilan dan proporsional sesuai kompetensi anda.

No comments:

Post a Comment