Monday 29 June 2009

TEORI AGENDA SETTING, Studi Kasus : Prita Mulyasari

Prita Mulyasari dinyatakan bebas, maka drama kasus facebook Prita pun berakhir, happy ending, bisa jadi nyaris persis, atau bahkan memenuhi sebagian besar harapan masyarakat.

Kasus penahanan Prita akibat curhatannya di facebook menjadi contoh kasus menarik yang menggambarkan bagaimana mekanisme teori Agenda Setting terjadi.
  1. Agenda Media. Kasus Prita bermula dari ekspos media mengenai penahanan yang dialaminya akibat curhatannya di media virtual, facebook. Pangkal permasalahannya adalah ketidakpuasan Prita dengan pelayanan sebuah rumah sakit int'l di tangerang. Singkat cerita, prita pun curhat dengan sepuluh orang temannya di facebook. Sampai di sini, curhatan Prita sebenarnya tidak ada bedanya saat seseorang berbagi pengalaman betapa enaknya makan soto jakarta di bilangan barito, jakarta selatan. Persoalan menyeruak saat curhatan Prita ternyata diteruskan oleh kesepuluh temannya, dan secara cepat terus menyebar hingga diketahui oleh pihak rumah sakit. Pihak rumah sakit semakin merasa dirugikan karena konon kabarnya curhatan Prita juga diteruskan dan terbaca oleh sekelompok pengguna facebook yang juga merupakan pelanggan utama (VVIP customer) rumah sakit tersebut. Akhirnya, Prita pun dijebloskan ke penjara, stelah sebelumnya dianggap tidak kooperatif dalam penyelesaian kasus ini dengan pihak rumah sakit. Prita, yang juga seorang ibu dari 2 (dua) anak balita, tentu menjadi berita yang punya news value tinggi bagi media. Maka, media pun mengagendakan kasus Prita ini sebagai pemberitaan utamanya.
  2. Agenda Publik. Begitu kasus Prita terekspos di media dan diketahui khalayak luas, publik pun bereaksi. Muncullah pro dan kontra. Tak terkecuali para calon presiden yang sedang berkampanye pun menjadikan derita Prita ini sebagai tunggangan politik. Maka sebagai akibatnya, kasus Prita semakin cepat bergulir, ekskalasi kasusnya pun berkembang sangat cepat. Akibatnya, berbagai pro dan kontra yang muncul dan pemberitaan media pun termasuk media virtual di mana Prita curhat yaitu facebook, menjadi pressure besar bagi berbagai pihak yang menyebabkan Prita berada di balik jeruji besi, baik kejaksaan, rumah sakit, maupun pengadilan bahkan kepolisian ! Sejumlah dukungan yang berpihak kepada Prita bermunculan. Hasilnya, Prita pun berhasil keluar dari penjara dan menjalani tahanan kota. Itu pun, masih terus menimbulkan pro dan kontra. Hasilnya, persidangan Prita pun digelar relatif cepat dari lazimnya penanganan kasus pada umumnya.
  3. Agenda Elit/Eksekutif. Mau tidak mau, tekanan publik dari berbagai kalangan baik dari masyarakat maupun para key person yang begitu besar akhirnya mempengaruhi para agenda eksekutif. Mereka pun akhirnya mengagendakan kasus Prita sebagai kasus yang harus diselesaikan dengan segera. Dan, bukan tidak mungkin, bahkan sebaliknya, bisa jadi tekanan publik yang begitu besar ini akhirnya mempengaruhi para elit mengambil keputusan sebagaimana fenomena yang tampak, bahwa publik menghendaki Prita bebas. Maka hasilnya, Prita pun bebas sesuai dengan agenda publik.

Demikianlah sebuah contoh kasus yang nyata bagaimana agenda media mampu mempengaruhi agenda publik dan akhirnya mempengaruhi agenda elit dalam pengambilan keputusan. Namun, kasus Prita ini menjadi sangat berbeda dan menarik karena di luar mekanisme Teori Agenda Setting, kasus Prita terinteverensi variabel lain, yaitu kondisi politik Indonesia yang tengah menghadapi pemilihan presiden. Kenyataannya, semua capres sama-sama merespon dan melakukan tindakan terhadap kasus Prita. Megawati langsung menyambangi Prita di rutan khusus wanita di Tangerang, Jusuf Kalla langsung memerintahkan kejaksaan dan Kapolri untuk mengusut ulang Kasus Prita, begitupun SBY melakukan tindakan yang pada intinya menjadikan kasus Prita ini sebagai jualan. Kini, Prita bahkan sudah menjadi juru kampanye Megawati di berbagai kesempatan. Menarik sekali bukan ?

Bila tidak ada interverensi para kandidat Capres, mungkin kasus Prita tidak akan bergulir secepat ini. Bila kasus Prita ini terjadi bukan di tengah-tengah masa kampanye pemilihan presiden, apakah akan sama nasib Prita seperti yang ia peroleh sekarang dengan kebebasannya ? Bila kasus ini terjadi di masa biasa di mana tidak terjadi agenda besar politik saat ini, apakah akan sama Teori Agenda Setting bekerja ?

No comments:

Post a Comment