Wednesday 17 June 2009

KERANJINGAN FACEBOOK

Dulu, waktu pertama kali 'belajar' soal facebook, terasa benar kalau media ini sangat menarik, karena ... interaktif. Tapi ... seminggu, dua minggu dijalani ... ternyata fb bikin 'addict' ! Kalau sudah begini, jelas ... ga' sehat. Apalagi setelah diamat-amati, gejalanya ... ternyata fb lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Makanya, sebelum berbahaya, segera saya tinggalkan. Hanya nice to know saja dan digunakan bila diperlukan.

Berdasarkan gejala yang ada, dari ratusan orang yang menjadi teman, mayoritas informasi yang hilir mudik dalam fb cuma cerita-cerita yang asli ga' penting. Bahkan kalau boleh jujur, tidak jarang banyak pula informasi yang sifatnya have fun atau istilah anak muda jaman sekarang "seru-seruan ajah ..." bahkan ada juha yang 'riya' alias pamer doank. Sementara informasi yang penting ga' seberapa banyak frekuensinya.

Frekuensi pengguna fb dalam memanfaatkan media itu antara hal-hal yang penting dengan hal-hal yang tidak penting pun dengan sendirinya dapat terlihat jelas dengan mengamati kualitas informasi yang hilir mudik itu tadi. Ironisnya, logikanya maka kondisi itulah yang lebih banyak menimbulkan addict di para pengguna fb. Kini, bahkan ada 'group' dalam fb yang mengundang para pengguna fb untuk bergabung dalam kelompok 'addict' yang tingkat ketagihannya mencapai lebih dari 70%. Itu kan' ajakan yang tidak bermanfaat dan hanya pembodohan masal belaka ? Sadis ya ?

Gejala lainnya, seorang pengguna fb yang tengah terjebak facebook addict, terpaksa mengisi pulsa hampir satu juta rupiah kurang dari sebulan karena selalu mencoba on line melalui telepon seluler miliknya. Tidak kalah sadis, orang yang bisa bertemu alias kopi darat karena memanfaatkan fb, ternyata cuma disia-sia teman lamanya, lantaran sang teman sanantiasa on line melalui smartphonenya sepanjang pertemuan mereka. Seorang ayah pun dihardik sang anak lantaran terlalu sibuk berfb. Sebuah arisan keluarga yang berhasil dipertemukan melalui fb juga terancam dibubarkan oleh sosok yang dituakan karena mayoritas anggota keluarga sibuk berfb sepanjang waktu arisan. Konyol sekali bukan ?

Makanya, tak heran bila MUI mengklaim haram penggunaan fb. Karena kita belum mampu menggunakan media virtual dan turunannya secara bijaksana. Persoalannya, sebagai media yang memanfaatkan media virtual, fb sangat mengandalkan pengawasan melekat di diri masing-masing penggunanya. Bila kesadaran individu masih sangat rendah, akibatnya sang pengguna pun tidak menyadari bahwa dirinya tengah terjebak fb. Parahnya lagi, sang pengguna pun tidak tahu dan tidak bisa mengenali nilai lebih dan kekurangan sebuah media. Akibatnya, kembali lagi terjebak dan terus terjebak.

Sesungguhnya fb dapat dimanfaarkan secara optimal dan dapat menjadi efektif bila tepat penggunaanya. Karena sifatnya yang interaktif, fb sangat berguna misalnya untuk mempertemukan keluarga yang tercerai berai, juga sebagai salah satu media dalam strategi pemasaran. Fb juga efektif untuk menshare informasi yang penting (misalnya kematian, sakit, rapat mendadak, menggalang dukungan-ingat kasus prita, kampanye) langsung ke banyak orang. Selain contoh-contoh sederhana itu, masih banyak kegunaan fb yang lain. Tapi masalahnya, tidak semua pengguna fb berkepentingan seperti itu bukan ? Selain itu adalah hak azasi masing-masing orang mau menggunakan harta bendanya sebagai apa. Nah kalau sudah begini ukurannya kan ya repot.

Masalahnya orang hidup bermasyarakat itu ya perlu diatur. Apalagi kalu menyangkut soal fb yang penggunaannya sangat personal begini, 'kan bisa-bisa jadi bahaya laten, yang tidak terlihat tapi ternyata menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap kehidupan bermasyarakat, bahkan berpeluang meruntuhkan nilai-nilai moral dan etika masyarakat yang baik, yang selama ini dijunjung tinggi sebagai kepribadian sebuah bahsa dan negara yang bermartabat. Jadi, jelas hal ini bukan masalah sepele.

Mungkin banyak orang tidak menyadari bahwa komunikasi personal melalui media virtual tidak akan pernah bisa menggantikan komunikasi personal face to face yang sebenarnya. Dalam komunikasi face to face masing-masing pelaku komunikasi dapat mengetahui kejujuran situasi dan pembicaraan yang sesungguhnya. Masing-masing dapat langsung melakukan konfirmasi terhadap keragu-raguan akan pesan, bahkan dapat mengendalikan kebohongan yang maungkin terjadi dengan mengamati bahasa tubuh, gerak-gerik dan ekspresi wajah lawan bicara.

Kalau orang sampai-sampai harus share pagi ini berapa banyak polisi tidur yang ia lewati dari rumah hingga kantornya, lalu apa coba ? Memang sih news value-nya tinggi, tapi so what gitu lho ? Just want to be looked different by other people ? Padahal, tidak jarang orang-orang yang terlihat bagaimana getoo lho di fb dan dunia maya ternyata personaliti aslinya sama sekali berbeda di kehidupan sosial ! Hal ini sudah banyak dibahas di berbagai media masa. Rasanya, sudah saatnya kita berani mengatakan tidak terhadap hal-hal yang tidak penting dan hanya menghabiskan waktu dan biaya saja. So guys, be careful and be wise !

No comments:

Post a Comment