Tuesday 2 June 2009

MALING-SIA

Heboh kasus Manohara membuat saya kembali terinspirasi untuk senantiasa waspada dan merekam berbagai kecurangan yang senantiasa dilakukan negara tetangga jiran, maling-sia. Saya merasa tidak perlu menaruh hormat kepada negara tetangga itu dengan menyebutnya secara benar lantaran sudah begitu banyak kesalahan yang mereka lakukan kepada tanah air saya, Indonesia.

Berdasarkan kisah sejarah, sejak sebelum saya lahir hingga kini sepertinya sudah begitu banyak masalah yang ditimbulkan negara yang tidak tahu etika dan sopan santun itu kepada tanah air saya yang tercinta, Indonesia. Sejak presiden pertama hingga sekarang akan pilpres ke-7, maling-sia tetap saja mengganggu, mengusik, mencuri, menghianati, menginjak-injak, melawan, harga diri dan martabat bangsa Indonesia.

Tak heran, maling-sia menyebutkan dirinya sebagai truly asia, karena maling-sia notabene negara yang tidak punya budaya dan peradaban original yang kaya seperti yang dimiliki Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jangankan kaya budaya, budaya orisinal saja maling-sia tidak punya, apalagi kaya ? Budaya melayu sebagai satu-satunya budaya (mungkin) yang dimiliki maling-sia, bukankah itu budaya yang tumbuh dan berkembang di ranah sumatera ? Itulah sebabnya maling-sia mengusung moto truly asia, karena konsepnya adalah mencuri semua budaya berbagai negara yang ada di asia ! Ironisnya, negara yang paling kaya budaya di asia salah satunya adalah Indonesia !

Propaganda maling-sia ini terlihat dari berbagai kampanye wisata yang menjual berbagai budaya yang identik dengan berbagai daerah di luar negara maling-sia. Mungkin kita masih ingat bagaimana maling-sia meng-klaim reog ponorogo sebagai budaya asli mereka, begitupun dengan lagu rasa sayange, rendang padang, hingga batik ! Selang hampir setahun kasus lagu itu berlalu, saat suami interview di perusahaan minyak milik maling-sia di bilangan sudirman, suami bercerita bahwa melalui public address perusahaan itu memperdengarkan berbagai lagu daerah Indonesia lainnya seakan-akan lagu-lagu itu adalah lagu-lagu daerah maling-sia ! Oalaaaaah, maling-sia, kagak ada matinya !

Belum lagi berjuta kasus penyiksaan TKI oleh warga negara maling-sia, sepertinya sudah tidak terhitung lagi dan kisahnya bisa jadi lebih mengharu biru dibandingkan cerita sinetron yang tidak mutu yang tayang di tv. Tiga belas tahun lalu, kasus sipadan ligitan jadi bukti betapa maling-sia begitu tamaknya sebagai sebuah negara, dan kini berniat mengulangi 'prestasi'nya dengan cara-cara yang nyaris sama. Ambalat yang kaya minyak, tentu menjadi daya tarik luar biasa bagi negara yang ga' mau modal itu. Ibarat pepatah jawa, maling-sia itu "keplok ora tombok," alias mau enak tapi ga' mau susah, ga' mau kerja keras, ga' modal gitu ... !

Fenomena kejahatan yang dilakukan maling-sia kepada kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam berbagai aspek ini ibarat benang kusut. Kita harus sportif mengakui bahwa kejahatan yang dilakukan oleh maling-sia karena di satu sisi pemerintah kita begitu lemah melindungi aset budaya dan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mungkin, pemerintah kita lemah dalam menjalankan amanahnya karena mereka tidak peduli. Mungkin mereka tidak peduli karena mereka tidak punya cukup biaya. Mungkin mereka tidak punya cukup biaya karena anggaran tidak tersedia. Mungkin anggaran tidak tersedia karena para pemimpinnya tidak tahu. Mungkin para pemimpinnya tidak tahu karena tidak peduli. Begitu seterusnya seperti lingkaran setan. Sementara ratusan juta rakyat Indonesia tersakiti jiwanya, raganya, harga dirinya, martabatnya.

Demi Allah, demi rasullullah, saya sangat tidak ridho, tidak rela, tanah air terhina-hina oleh pihak manapun, tidak terkecuali maling-sia yang sama sekali tidak punya itikad baik kepada negara Indonesia. Saya yang besar di kota kecil, di kampung, yang sejak kecil hingga SMA tidak pernah absen upacara bendera di setiap hari senin, ikut paskibra, ikut pramuka, ikut les tari jawa klasik kuno, menguasai tari bali sejak taman kanak-kanak, belajar karawitan & menyanyi mocopat, sendratari ramayana, selama hampir dua belas tahun saya sekolah, karenanya saya sungguh merasa sedih. Saya pun besar dengan ikut bertegang-tegang menyaksikan pertandingan all england melaui tv, pertandingan sepak bola asia juga pertandingan tinju Ellyas Pical, sea games atau asian games di mana Indonesia masih sering mendominasi dan menjadi juara, tak ketinggalan menguber-uber tim uber dan thomas yang bertandang ke kota kelahiran saya sebagai kota penghasil pebulutangkis dan suttle kock terbaik tingkat dunia. Maka, jangan coba-coba mangadu rasa nasionalisme saya, karena saya begitu mencitai tanah air saya, Indonesia.

Bahkan sebelum orang-orang heboh menggunakan batik, saya sudah ke kantor dengan mengenakan batik dari selasa hingga jumat, dari motif truntum hingga sido mukti, dari batik sogan solo, putihan jogja hingga ndog remek batik khas tegalan tanah kelahiran saya, sejak 2002 ! Salah satu direktur saya sempat berkomentar, "Pakai batik, memang mau kondangan ?" tanyanya. Itulah cermin, seorang CEO saja cuma segitu saja nsaionalismenya terhadap budaya bangsanya. Mungkin masa kecil beliau tidak kaya budaya sebagaimana saya menghabiskan masa kecil saya.

Tak ayal, saat suami menjalani interview, adik saya dengan sangat emosional menghardik keras kakak iparnya itu, "Untuk apa kerja sama negara sombong !" Padahal suami saya, hanya ingin benchmark saja, sudah barang tentu dia tidak tertarik untuk bekerja bagi negara pencuri seperti maling-sia. Inssya Allah tidak. Saya berdua suami pun merasa sangat senang, menyaksikan setiap hari sebuah spbu milik maling-sia di dekat rumah yang sejak dibuka hampir setengah tahun lalu, hingga kini nyaris tidak ada yang beli dan kosong melompong !

Saya sangat berharap, sungguh sangat berharap, pemerintah kita dapat semakin gigih membela kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari penjajah model apapun, khususnya saat ini adalah merdeka dari intimidasi maling-sia. Saya pun sangat berharap, sangat-sangat berharap, dapat diberi kesempatan, diberi pencerahan untuk ikut membela kemerdekaan tanah air yang sangat saya cintai ini, dengan cara saya, sesuai kemampuan yang saya miliki.

Saya tidak habis pikir, bagaimana mungkin sebuah negara melakukan kejahatan secara berjamaah kepada negara lainnya yang konon kabarnya masih satu rumpun ? Apalagi mereka mayoritas pemeluk agama yang sama dengan mayoritas penduduk Indonesia dengan nilai-nilai yang tentu juga sama, khususnya dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara, tentu maling-sia mengerti bagaimana caranya hidup bertetangga.

Di sisi yang lain, saya sungguh sangat bersyukur dilahirkan di sebuah negara yang sangat kaya, sangat besar, sangat indah, sangat ramah, sangat berani, sangat luar biasa. Right or wrong is my country ! Walaupun saya perempuan, walaupun saya takut berperang, inssya Allah Indonesia tetap akan saya bela, saya cinta hingga akhir hayat dan menutup mata. Inssya Allah. Begitu pun Islam mengajarkan kepada saya bahwasannya pergi berperang adalah kewajiban bagi setiap umat. Bagi saya, saat ini wajib berperang adalah melawan ketamakan negara tetangga jiran maling-sia yang sudah begitu tamak kepada tanah air tercinta Indonesia. Semoga, Allah senantiasa mengampuni dosa-dosa kita. Amin.

No comments:

Post a Comment