Monday, 6 July 2009

DEBAT CAPRES 3

Debat Capres ketiga adalah debat capres terakhir. Berbeda dengan acara debat capres 1 dan 2, acara debat capres ketiga dikemas jauh lebih menghibur dengan pertunjukkan lagu kebangsaan Indonesai Raya yang dinyanyikan bersama oleh seluruh hadirin dan nyanyian lagu-lagu nasional pada sesudahnya dan di penghujung acara. Berikut, hasil pengamatan berlangsungnya acara debat capres ketiga :
  1. Tema, NKRI, Demokrasi & Otonomi Daerah. Sebagai sebuah strategi, upaya menyuguhkan dan melibatkan langsung para hadirin dalam rangkaian acara yaitu menyanyikan lagu kebangsaan jelas sangat membantu terciptanya suasana yang sesuai dengan tema kali ini, NKRI, Demokrasi & Otonomi Daerah. Setidaknya, daya tarik penonton terhadap acara berhasil dibangun sejak awal secara terkendali. Mengapa ? Karena dalam acara seformal atau sepenting itu, seorang dewasa tentu tidak akan menyanyikan lagu kebangsaan dengan tidak hormat atau penuh khidmat.

  2. Tempat, Balai Sarbini, Semanggi, Jakarta Selatan

  3. Pembawa Acara, narator, sama seperti debat capres kedua

  4. Moderator, Prof. DR. Pratikno, Dekan Fisip Universitas Gajah Mada. Sebelum memulai acara, moderator memanggil satu persatu para kandidat dan menyambut kehadiran ketiganya secara personal di ujung tangga. Setelah ketiganya menempati podium masing2, moderator kembali menyapa secara personal ketiganya sebagai ice-breaking atau bahkan sekedar basa-basi. Cara ini, khas cara menyambut dan menyapa orang jawa kepada para tamunya, hangat dan bersahabat.

  5. Perturan, sama.

  6. Sesi, pemaparan visi, pelontaran satu pertanyaan oleh moderator kepada salah seorang kandidat lalu disanggah oleh kandidat lainnya lalu akan dikomentari kembali oleh kandidat yang menjawab, penutup

  7. Waktu, sama

  8. Podium, lebih luas dan terkesan lebih menghibur, didisain seperti acara entertainment (hiburan). Dengan podium yang jauh lebih besar, lebih nyaman, lebih bernuansa menghibur, ternyata membawa pengaruh jauh lebih baik dibandingkan dengan debat capres sebelum-sebelumnya. Dampaknya, tentu para kandidat pun menjadi jauh lebih santai dan lebih interaktif satu sama lain. Perdebatan pun jauh lebih mengalir.

Kembali, bila membandingkan antara acara debat capres 1, 2 dan ketiga, ternyata hal paling mencolok hanyalah perkara tema, sesi, moderator dan podium.

Soal tema, tentulah harus berbeda karena acara ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman para kandidat tentang permasalahan yang menyoal tema yang ada. Sesi, sejak debat kedua sesi relatif tidak berubah lagi hingga debat ketiga.

Artinya, yang membuat debat capres menjadi lebih menarik dari debat pertama, kedua dan ketiga bisa jadi karena dipengaruhi oleh moderator dan kondisi podium. Namun, bila kita membandingkan acara debat capres ini dengan kegiatan serupa yang menjadi pemanasan dan diselenggarakan di berbagai stasiun tv secara mandiri ada suatu gejala yang sangat unik.

Dalam acara tersebut, para kandidat dibiarkan berdiri begitu saja, tanpa meja podium dan harus berhadapan dengan sejumlah profesional dari berbagai bidang. Tapi yang sangat menarik adalah, bagaimana pun situasi podium didisain, tetap saja acara tersebut berlangsung hidup, menarik dan sangat menghibur. Setidaknya jauh lebih menarik dibandingkan acara debat capres.

Itu artinya, bisa jadi yang mempengaruhi menarik tidaknya acara debat capres selama ini hanyalah soal siapa yang memimpin, memoderasi, atau membawakan acara tersebut. Berdasarkan pengamatan pada berbagai acara pemanasan sebelumnnya, acara dipandu oleh para anchor profesional. Sebagai profesional, tentu mereka mampu mencairkan suasana sekaligus menggali banyak informasi para kandidat. Namun, pada intinya adalah bahwa para pembawa acara mampu menciptakan suasana yang nyaman tidak saja bagi kandidat namun juga bagi para penanya dan penonton maupun pemirsa.

Pada acara debat capres ketiga atau terakhir, acara dimoderatori oleh seorang dekan fisip. Pada akhir acara saat ketiga kandidat dimintai komentar mengenai jalannya acara debat, ketiganya menyatakan puas. Tentu, membutuhkan pembuktian ilmiah untuk memastikan adanya korelasi nyata antara latar belakang pendidikan dengan kemampuan moderator dalam menghidupkan suasana. Jadi artinya, itu hanya masalah kemampuan personal softskill masing2 moderator. Dan setidaknya, acara debat capres ketiga telah mendapatkan penilaian positif dari ketiga kandidat.

Jadi, mungkinkah keberhasilan acara debat capres sangat dipengaruhi oleh kemampuan personal softskill moderator pada masing-masing acara yang dipandunya ? Bila seadainya begitu, tentu bukan hal yang mudah mencari seorang moderator kompeten yang sesuai dengan kebutuhan baik secara keilmuan maupun secara entertain dalam arti kemampuan berkomunikasi personal. Kalau hal itu dipersoalkan, bisa-bisa mencari kandidat moderator debat capres bisa jadi sebuah sesi tersendiri yang semakin memusingkan proses pilpres. Coba anda bayangkan, masa untuk pilpres KPU harus menyelenggarakan juga moderator idol sih ? 'Kan ga' lucu ... Wuekekek ... bagaimana menurut anda ?


No comments:

Post a Comment