Keberadaan Mbah Surip sejak kemunculannya hingga akhir hayatnya sungguh fenomenal. Seseorang terdekat selalu saja bertanya, "Ada fenomena apakah sehubungan dengan keberadaan Mba Surip yang begitu terkenal dengan sangat cepat di seantero Indonesia ?"
Mbah Surip memang telah berpulang pada Selasa, 4 Agustus 2009 lalu. Satu hal yang sangat menggelitik adalah, kehadiran Mbah Surip (almarhum) dalam kehidupan showbiz tergolong biasa saja dengan 'jualannya' namun, popularitas yang diakibatkan oleh jualannya yang biasa saja itu sungguh luar biasa, melampaui ketenaran artis-artis yang terjun di dunia hiburan sebelumnya.
Dunia hiburan umumnya identik dengan keindahan, cantik atau tampan, disertai kualitas hasil karya yang fenomenal. Namun belakang muncul fenomena anyar, bahwa modal untuk terjun ke dunia hiburan bukan lagi soal keindahan, kecantikan dan ketampanan melainkan justru kondisi sebaliknya. Artinya, saat ini justru banyak pekerja seni yang ... maaf, tidak cantik, tidak ganteng, tidak seksi, tidak putih. Hal-hal yang tidak biasa itulah yang menjadi nilai lebih mereka.
Kembali lagi ke Mbah Surip, untuk sebagian besar para pekerja seni yang memulai kiprah berkesenian sejak lama, sosok Mbah Surip ternyata bukan orang baru. Mbah Surip rupanya sosok yang telah lama berkarya jauh hari dan tahun sebelum lagunya "Tak Gendhong" populer belum lama ini.
Mbah Surip ternyata banyak diketahui masyarakat seringkali nongkrong di seputaran Bulungan, Jakarta Selatan sejak bertahun-tahun lalu. Maka tek heran, pada akhir hayatnya pun ternyata Mbah Surip berada di kediaman salah satu pemain ketoprak humor, Mamik Prakoso dan dimakamkan di pemakaman Bengkel Theater di Depok milik WS. Rendra, penyair ulung, yang 3 (tiga) hari kemudian juga berpulang, pada hari Kamis malam, 6 Agustus 2009.
Lagu "Tak Gendhong" Mbah Surip, tergolong biasa saja, musikalitasnya juga biasa saja, sementara sosok Mbah Surip ya jelas sudah tua ... tidak seperti artis-artis pada umumnya yang menjual ketampanan atau kecantikannya. Pembawaannya ... ini dia ... begitu eksentrik, begitupun penampilannya dengan rambut gembelnya yang regae abis ... !!!
Maka, saat publik dikenalkan dengan sosok Mbah Surip yang muncul belum lama ini lalu tiba-tiba dikagetkan dengan berita kematiannya tentulah membuat sosok beliau tidak saja fenomenal tapi sekaligus kontroversial . Pasalnya, belum habis masyarakat terheran-heran dengan kehadirannya yang fenomenal, tiba-tiba sosoknya sudah berpulang. Jadilah, perilaku media pun semakin ... melengkapi fenomena itu. Berita kematian Mbah Surip diliput secara live, on the spot dan eksklusif oleh salah satu televisi swasta lebih dari 3 (tiga) jam dalam semalam ! Stasiun tersebut melakukan pemberitaan sejak kematiannya hingga prosesi pernikahan putrinya di depan jenazah dan upacara pemakamannya. Berita tumpahnya air mata dan tangis Megawati di sidang Mahkamah Konstitusi memprotes proses berlangsungnya hajat besar republik ini pada pileg & pilpress lalu pun lenyap bak ditelan bumi !
Begitulah perkembangan industri media yang mampu menciptakan hal yang pada dasarnya biasa saja, namun mampu diterima oleh publiknya ! Media mampu menciptakan opini publiknya sehingga tidak sekedar tahu dan kenal Mbah Surip, tapi juga bersikap positif terhadap kehadiran Mbah Surip, bahkan membeli kaset, menyanyikan lagu, dan berpenampilan, bersikap, dan tertawa lantang layaknya Mbah Surip ! Haahaahahaaaa ... !
Bayangkan, coba bayangkan ... bila kemampuan media massa yang sangat luar biasa ini disalahgunakan untuk menyampaikan informasi yang tidak bermanfaat atau bahkan provokatif ! Atau sederhananya, coba bayangkan, bila media massa tidak lagi memiliki idealisme dan mengabaikan tugas dan fungsi yang sebenarnya dalam melakukan kegiatan informasi, edukasi dan rekreasi ? Bukankah akibat yang akan ditimbulkannya akan sangat fatal bagi kemashalatan orang banyak ?
Coba perhatikan terpaan media massa saat ini, betapa banyak media massa yang melakukan fungsi menghibur tapi tidak mendidik dengan menyajikan sinetron yang menampilkan anak yang berani kepada orang tua, mertua yang kejam kepada menantunya, suami yang sadis kepada istrinya, dst. Padahal, media elektronik seperti televisi yang audiovisual memiliki kekuatan luar biasa dalam mempengaruhi perilaku masyarakat. Karena dengan menonton tv yang dilengakapi dengan cerita dan bergambar tidak memerlukan upaya apa-apa untuk memahami pesan yang disampaikannya. Semua begitu jelas dan lugas dalam sajian televisi.
Maka, bagaimana kebijakan politik sebuah pemerintahan suatu negara akan sangat mempengaruhi kebijakan bagi media massa dalam berkarya. Dengan dalih reformasi, kecenderungan pasar bebas ditambah kemajuan teknologi informasi saat ini versus tingkat kematangan masyarakat, kesiapan ekonomi dan kerawanan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh sebagian besar bangsa ini, maka inilah yang kita hadapi saat ini.
Jadi, apapun yang disajikan oleh media massa dan tersaji di hadapan masyarakat, berkualitas atau tidak berkualitas, masyarakat akan menelan semua informasi itu bulat-bulat tanpa menyaringnya lagi, karena bekal untuk itu tidak ada. Bila pendidikan rendah, maka kemampuan menganalisis dan menyaring segala sesuatu yang diterimanya pun akan rendah. Lama kelamaan apa yang disaksikan diterimanya akan terinternalisasi dan dianggap sebagai nilai-nilai baru yang layak dianut. Hasilnya, para remaja Indonesia tidak ragu lagi mengenakan pakaian super seksi ke manapun mereka pergi ....
No comments:
Post a Comment