Sebut saja sejak era friendster yang kurang interaktif hingga blog, tweeter dan facebook yang super interaktif bak kompor tersiran tumpahan minyak yang bisa langsung menyambar dan membakar apa saja. Demikianlah kemampuan media sosial itu dalam merespon sebuah isu atau informasi yang muncul, secara langsung dan cepat menyebar ke seantero dunia.
Menariknya, beragam fasilitas yang tersedia di jaringan virtual ini dapat dimanfaatkan secara individual maupun institusional. Kini, kecenderungan dalam dunia usaha bahkan sangat fenomenal. Banyak perusahaan memanfaatkan hampir semua jenis media sosial yang ditawarkan oleh internet yang notabene tak jarang disediakan secara gratis. Selain itu, kini mereka justeru memanfaatkan para penggiat media sosial sebagai gatekeeper dalam berinteraksi dengan seluruh stakeholdernya.
Sebagai contoh, belum lama ini dalam tayangan televisi sebuah produsen kendaraan roda dua melakukan Press Tour di Bali untuk memperkanlkan produk andalanny yang terbaru. Kegiatan press tour-nya sih tidak ada yang luar biasa, karena press tour memang ditujukan untuk memperkenalkan produk perusahaan kepada kalangan media. Namun yang menarik, dalam kelompok media tersebut terdapat sejumlah blogger dan penggiat tweeter sebagai peserta bersama jurnalis media konvensional.
Hal ini menujukkan bahwa keberadaan penggiat media sosial dan media sosial-nya itu sendiri telah menjadi alternatif media komunikasi yang menarik bagi sebuah organisasi dalam berinteraksi dengan stakeholdernya dengan cara yang berbeda.
Sementara dalam pertemuan PR Week 2010 yang berlangsung pada 19-20 Mei 2010 lalu pun sejumlah perusahaan membawa bukti yang tak kalah menarik dalam presentasinya. Sebuah perusahaan farmasi terbuka terbesar di Indonesia terang-terangan mengatakan bahwa perusahaannya memanfaatkan hampir semua jenis media sosial yang tersedia di dunia maya. Setidaknya, perusahaan ini memiliki web perusahaan, web produk, blog dan facebook yang semuanya dikelola secara aktif ! Luar biasa dan cerdik bukan?
Implementasinya pun sungguh mencengangkan k! Perusahaan sama sekali tidak merasa khawatir sedikit pun dengan adanya komentar negatif yang bakal muncul dalam komentar atau status di berbagai media sosial tersebut. Padahal, 'kecepatan' media sosial dalam menyebarluaskan sebuah isu sangatlah cepat dan nyaris tidak terkendali. Tapi, perusahaan tetap berpendirian bahwa biarkan publik yang menentukan. Karena sifat sebuah media sosial adalah interaktif dan terjadi diskusi pro dan kontra sehingga setiap hal negatif akan tertangani dengan sendirinya oleh publik itu sendiri.
Sebuah keputusan yang sangat berani. Namun, hal itu tidak mungkin dilakukan bila ... perusahaan yang bersangkutan tidak mempunyai 'bargaining' yang jauh lebih tinggi. Dalam arti, perusahaan ini tentu merasa yakin bahwa produknya baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Karenanya perusahaan tidak merasa khawatir sedikitpun terhadap tanggapan negatif yang mungkin muncul dalam media sosial yang mereka miliki.
Nah, bagaimana dengan kegiatan media sosial di lingkungan Anda, apakah sudah terimplementasi secara optimal dan menguntungkan ? Semoga catatan ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk melakukan perbaikan dan kemajuan di masa yang akan datang, khususnya dalam memnafaatkan kemajuan teknologi secara cerdas dan tepat guna ....
No comments:
Post a Comment