Thursday 30 April 2009

INTEGRITAS CALON PROFESIONAL

Seorang mahasiswa magang, berkulit hitam manis datang dengan penampilan dasyat, berstoking warna hitam, bersepatu wedges, berpakaian modis, rambut di cat warna tak jelas dan full make up. Tidak masalah. Masalah baru muncul saat si mahasiswa fikom dari salah satu universitas ternama ini tidak mampu mengoperasikan komputer, bahkan hanya sekedar untuk mengetik data sederhana menggunakan program ms. word. Pekerjaannya sepanjang hari lebih banyak memandang cermin lipat yang ia letakkan di atas meja kerjanya dan mematut diri. Ritual make up correction-nya ini jauh lebih sering ketimbang merampungkan tugas rutinnya menyelesaikan kliping setiap hari sebelum pukul 10.00 pagi.

Di masa sebelumnya, dua orang mahasiswa lainnya, juga berasal dari fikom sebuah universitas ternama lainnya, berpenampilan sebaliknya. Berpakaian sackdress berbahan kaos di atas lutut ala kadarnya seperti akan pergi main dan bersepatu terepes lima puluh ribuan ala pasar blok m. Keduanya, bahkan berani mengenakan celana panjang dan bersandal selop terepes di hari pertama magang di kantor yang melarang semua pegawai perempuan dan siswa magang mengenakan celana panjang di hari senin. Tidak hanya itu, suatu hari keduanya ditemukan sedang merokok di salah satu ruang kerja di mana keduanya tengah magang, di jam kantor ! Betapa nekatnya. Saat keduanya diberi tugas, dengan cueknya mereka bertanya, "Sekarang bu ? Besok saja ya ?"

Sementara di waktu yang berbeda, dua orang mahasiswa magang yang lain, peserta program diploma sekretaris sebuah universitas ternama justeru punya performa kerja yang sangat baik dan luar biasa. Keduanya sangat cantik, sopan dan pintar. Hari pertama magang keduanya merampungkan kliping menjelang pukul 13.00 siang. Hari berikutnya, mereka sanggup menyelesaikan pembuatan kliping seperti yang disyaratkan, jam 09.00 pagi hingga hari terakhir mereka magang ! Kini, keduanya telah bekerja di sebuah bank bumn ternama.

Berbagai kejadian di atas merupakan fenomena, demikianlah kualitas para calon profesional humas di Indonesia. Bila dalam tataran masa studi saja para calon profesional humas tidak lebih baik dari mereka yang tidak berada dalam jalur kehumasan, bahkan pada tataran diploma, lalu mau jadi apa para calon sarjana komunikasi ini nanti ? Apa yang akan mereka jual ? Integritas tidak punya, kompetensi apalagi.
Memang, semua kisah di atas bukan berarti mencerminkan seluruh mahasiswa komunikasi khususnya kehumasan di Indonesia saat ini. Namun artinya, fenomena ini hendaknya menjadi cermin bagi seluruh mahasiswa calon profesional humas dan para pendidik agar sama-sama memiliki komitmen yang kuat agar memiliki integritas sebagai seorang profesional humas. It's never too late to learn. Jadi, selamat bekerja keras, maju terus, pantang menyerah !


No comments:

Post a Comment