Lalu, bertemulah kami, hanya berdua saja, di sana. Menit-menit pertama, tidak jadi soal, semua berjalan seperti biasa. Namun, sesaat kemudian sahabat saya mulai mengabaikan saya karena sibuk dengan gadgetnya, ber-facebook ria. Saya tidak tersinggung dengan situasi itu, karena telepon seluler saya bukan alat komunikasi yang bisa on line dan mampu mengakses internet sepanjang waktu secara otomatis.
Fenomena demam facebook ini sungguh sangat menarik. Bagi saya, kemajuan teknologi komunikasi yang demikin dasyat sungguh telah membuat bergesernya berbagai hal dalam kehidupan manusia. Di satu sisi, kemajuan teknologi membawa banyak manfaat yang luar biasa hebat khususnya efisiensi ruang dan waktu. Namun di sisi yang lain, kemajuan teknologi menyebabkan bergesernya tatanan sosial kehidupan masyarakat secara negatif.
Seorang kawan saya yang lain bercerita, ia berhasil mengumpulkan kembali saudara-saudaranya yang tercecer, yang telah berpisah selama 45 tahun, juga dengan memanfaatkan facebook. Namun pada kesempatan yang lain, saat ia bersama keluarga besarnya mengadakan arisan keluarga, semua yang hadir justeru ramai berceloteh tentang facebook. Sejurus kemudian mereka pun on line dan sibuk berfacebook ria.
Singkat cerita, ia pun akhirnya mengultimatum, mulai bulan depan, tidak perlu lagi diadakan arisan keluarga. Karena apa ? Karena saat mereka diundang arisan keluarga dan telah meluangkan waktu untuk datang, yang mereka lakukan bukan berinteraksi secara langsung dengan sesama anggota kerabat yang hadir, namun justeru sebaliknya sibuk berinteraksi virtual dengan orang-orang lain pada situs facebook melalui peralatan gadgetnya.
Awalnya, saat kemajuan teknologi baru sekedar telepon seluler 'konvensional' saja, orang sudah merasa jengah dengan kebiasaan dan perilaku masyarakat kebanyakan yang sibuk ber-sms tak kenal tempat dan waktu, serta berbicara di telepon gemggam dengan suara keras meskipun berada si area publik. Hingga kini, fenomena ini masih sering terjadi. Masyarakat Indonesia seperti terkena sindrom teknologi.
Sebelum masyarakat dunia mengenal facebook, mungkin mereka mengenal friendster, fasilitas sejenis tapi tidak dilengkapi kemampuan interaksi secara faktual. Akibatnya, situs ini mulai ditinggalkan. Namun hal baiknya, friendster tidak membuat para penggunanya addict, ketagihan seperti pengguna facebook yang nyaris diperbudak gadgetnya dan dipaksa on line sepanjang waktu.
Kini, saat peralatan komunikasi telah semakin canggih, apa boleh buat, selain manfaatnya yang luar biasa, maka dampak yang diakibatkannya pun tak kalah 'membahayakan' bagi kehidupan sosial manusia. Manusia tidak mampu lagi membedakan kapan perlu berkomunikasi normal, dan kapan perlu berkomunikasi virtual.
Demikianlah, dampak yang ditimbulkan akibat kemajuan teknologi komunikasi. Masyarakat mungkin berpikir, bahwa interaksi sosial secara normal dapat disubstitusikan, digantikan dengan ineraksi virtual melalui kemajuan teknologi komunikasi. Padahal, seperti teori maslow, bahwa kebutuhan tertinggi manusia adalah aktualisasi diri, saat ia dihargai. Tapi bukan berarti kebutuhan dasarnya akan makan diabaikan atau bisa disubstitusikan bila kebutuhan yang tertinggi telah terpenuhi. Artinya, sebuah perubahan dan kemajuan memerlukan kematangan dan kesiapan. Dengan begitu, setiap kemajuan dapat dimanfaatkan secara optimal, tepat sasaran.
Ngomongin facebook jadi inget artikel di blog CANTIK SELAMANYA. Judulnya, "Demam Facebook".
ReplyDeleteEh, ternyata blog ini juga punya "blog" di facebook page di: http://www.facebook.com/pages/Cantik-Selamanya/54526851698
Keren... kreatif! Cantik Selamanya selain punya blog tapi juga bikin wall-blog...
Penasaran? Lihat aja sendiri.