Thursday 30 April 2009

INTEGRITAS CALON PROFESIONAL

Seorang mahasiswa magang, berkulit hitam manis datang dengan penampilan dasyat, berstoking warna hitam, bersepatu wedges, berpakaian modis, rambut di cat warna tak jelas dan full make up. Tidak masalah. Masalah baru muncul saat si mahasiswa fikom dari salah satu universitas ternama ini tidak mampu mengoperasikan komputer, bahkan hanya sekedar untuk mengetik data sederhana menggunakan program ms. word. Pekerjaannya sepanjang hari lebih banyak memandang cermin lipat yang ia letakkan di atas meja kerjanya dan mematut diri. Ritual make up correction-nya ini jauh lebih sering ketimbang merampungkan tugas rutinnya menyelesaikan kliping setiap hari sebelum pukul 10.00 pagi.

Di masa sebelumnya, dua orang mahasiswa lainnya, juga berasal dari fikom sebuah universitas ternama lainnya, berpenampilan sebaliknya. Berpakaian sackdress berbahan kaos di atas lutut ala kadarnya seperti akan pergi main dan bersepatu terepes lima puluh ribuan ala pasar blok m. Keduanya, bahkan berani mengenakan celana panjang dan bersandal selop terepes di hari pertama magang di kantor yang melarang semua pegawai perempuan dan siswa magang mengenakan celana panjang di hari senin. Tidak hanya itu, suatu hari keduanya ditemukan sedang merokok di salah satu ruang kerja di mana keduanya tengah magang, di jam kantor ! Betapa nekatnya. Saat keduanya diberi tugas, dengan cueknya mereka bertanya, "Sekarang bu ? Besok saja ya ?"

Sementara di waktu yang berbeda, dua orang mahasiswa magang yang lain, peserta program diploma sekretaris sebuah universitas ternama justeru punya performa kerja yang sangat baik dan luar biasa. Keduanya sangat cantik, sopan dan pintar. Hari pertama magang keduanya merampungkan kliping menjelang pukul 13.00 siang. Hari berikutnya, mereka sanggup menyelesaikan pembuatan kliping seperti yang disyaratkan, jam 09.00 pagi hingga hari terakhir mereka magang ! Kini, keduanya telah bekerja di sebuah bank bumn ternama.

Berbagai kejadian di atas merupakan fenomena, demikianlah kualitas para calon profesional humas di Indonesia. Bila dalam tataran masa studi saja para calon profesional humas tidak lebih baik dari mereka yang tidak berada dalam jalur kehumasan, bahkan pada tataran diploma, lalu mau jadi apa para calon sarjana komunikasi ini nanti ? Apa yang akan mereka jual ? Integritas tidak punya, kompetensi apalagi.
Memang, semua kisah di atas bukan berarti mencerminkan seluruh mahasiswa komunikasi khususnya kehumasan di Indonesia saat ini. Namun artinya, fenomena ini hendaknya menjadi cermin bagi seluruh mahasiswa calon profesional humas dan para pendidik agar sama-sama memiliki komitmen yang kuat agar memiliki integritas sebagai seorang profesional humas. It's never too late to learn. Jadi, selamat bekerja keras, maju terus, pantang menyerah !


STRATEGI KOMUNIKASI H1N1

Pertengahan April 2009 ini, dunia digemparkan dengan merebaknya pandemi penyakit flu babi yang disebabkan oleh virus H1N1. Kasus ini bermula dari tewasnya hampir 170 orang di Mexiko disebabkan terjangkit oleh penyakit yang mematikan ini.

Menteri Kesehatan RI, Siti Fadhilah menegaskan bahwa, penyebaran virus H1N1 ini memang lebih cepat daripada virus H1N5 yang menyebabkan penyakit flu burung (avian flue). Namun menurutnya, virus H1N1 ini tidak lebih ganas daripada virus H1N5. Sementara para dokter di berbagai daerah seperti yang ditayangkan di televisi, justru menyatakan sebaliknya. Para dokter yang penuh inisytaif melakukan kampanye di berbagai area publik ini menyatakan bahwa virus ini lebih membahayakan daripada virus H1N5. Mana yang benar ? Wallahualam bisawam ....

Mengamati dari penanganan kasus sebelumnya, Menkes mengutamakan strategi komunikasi yang mengarah pada pengelolaan opini publik untuk menghindari mobilisasi umum atau kepanikan. Maksudnya, pada penganganan kasus flu burung Menkes selalu meyakinkan seluruh masyarakat agar tidak perlu terlalu khawatir, dan segera menghubungi dokter serta rumah sakit rujukan kepada para penderita agar mendapat perawatan lebih lanjut. Strategi serupa juga dilakukan oleh Menkes dalam menanggapi kasus susu bubuk formula yang mengandung melamin.

Kini, dalam menghadapi kasus penyebaran virus H1N1, Menkes pun menggunakan jurus yang sama. Selain tentu saja tetap memperkuat jajarannya dengan pelayanan medis yang baik di seluruh Indonesia, menkes juga berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk melakukan pencegahan, khususnya dengan pengelola bandara sebagai entry point warga asing yang masuk ke wilayah Indonesia, yang berpotensi membawa virus penyakit tersebut.

Kabar baiknya tentang pandemi virus ini adalah, konon khabarnya virus ini masih 'beredar' hanya di wilayah eropa, dan belum memasuki wilayah asia. Namun, masalahnya kecurigaan Menkes perihal upaya dunia barat menjadikan Indonesia sebagai 'kelinci percobaaan' berbagai senjata biologis khususnya virus berbagai penyakit mematikan ini, perlu dicermati secara seksama. Belajar dari banyak kasus sebelumnya, dunia barat selama ini cenderung bersikap bahil kepada negara berkembang khususnya dunia Islam atau negara di belahan timur yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Sebagai rakyat biasa, tentulah kita menjalani hidup dengan penuh amanah sesuai tugas kita sebagai umat. Maka jadilah umat yang baik, jalankan syariat dengan sebenar-benarnya. Salah satunya dengan menjaga kebersihan, karena kebersihan adalah sebagaian dari iman. Begitu pun halnya dalam menghadapi penyebaran penyakit seperti saat ini. Islam mengajarkan, bahwa pada masa kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, saat Nabi menghadapi merebaknya penyakit yang membahayakan seperti ini, beliau menganjurkan seluruh umatnya untuk tidak bepergian ke luar wilayah untuk menghindari penyebaran penyakit secara lebih luas ke berbagai wilayah lainnya. Dari sinilah prinsip isolasi melahirkan penciptaan, pembangunan, pendirian, dan pengoperasian sebuah rumah sakit, yang terus dirasakan manfaatnya hingga sekarang. Begitulah Islam ....

Wednesday 29 April 2009

KELUAR DARI "COMFORT ZONE"

Seringkali, tanpa disadari kita begitu betah di zona nyaman (comfort zone). Namanya juga zona nyaman, tentu saja menjadikan siapa pun yang berada di dalamnya merasa betah. Masalahnya, zona nyaman ini sesungguhnya menjadi bumerang yang mampu mematikan kreativitas dan kemampuan siapa pun penghuninya, tanpa disadarinya.

Silent killer, begitulah kira-kira julukan yang paling pas bagi situasi zona nyaman. Karena, akibat yang ditimbulkan dari zona nyaman ini baru diketahui biasanya setelah orang yang bersangkutan menyadari bahwa dirinya sudah tidak punya lagi nilai jual, sudah tertinggal, tidak competitive, tidak punya bargaining position yang bagus lagi.

Bagi mereka yang ingin melakukan totalitas dalam berkarir, maka sebaiknya berhati-hati dengan zona nyaman ini. Sebaliknya bagi mereka yang tidak mengutamakan totalitas dalam berkarir, maka bekerja tentulah bukan sesuatu yang perlu diupayakan secara total.

TIPS ANTISIPASI MENGHADAPI ZONA NYAMAN :
  1. Pastikan, apakah pekerjaan yang saat ini anda tekuni adalah bidang pekerjaan yang paling anda idam-idamkan ;
  2. Lakukan evaluasi karir anda saat memasuki tahun ketiga, apakah sudah ada peningkatan atau belum. Bila tidak, anda harus berhati-hati ;
  3. Bila anda mencintai pekerjaan yang anda teknui saat ini dan hingga tahun ketiga belum ada kemajuan dalam jenjang karir anda, yakinkan diri anda untuk berani melakukan bargaining dengan atasan untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi dan sesuai dengan kemampuan anda saat ini ;
  4. Bila tidak, segera kirimkan aplikasi ke perusahaan lain secara lebih selektif dengan pertimbangan pendapatan lebih baik, posisi lebih baik atau lebih baik keduanya ;
  5. Jangan terjebak dengan posisi tinggi di perusahaan kecil/lokal yang tidak pasti kelanjutannya. Sebaliknya, prioritaskan aplikasi anda di perusahaan yang well established ;
  6. Banyaklah bergaul dan bangunlah jaringan seluas mungkin. Pergaulan & jaringan yang luas membuat anda akan selalu mengikuti perkembangan dunia kerja ;
  7. Tingkatkan kemampuan diri anda dengan berbagai keahlian yang nyata, spesifik dan sesuai kebutuhan pasar/dunia kerja saat ini ;
  8. Perhatikan pertambahan usia anda, semakin bertambah usia anda, semakin kecil peluang anda dalam membangun karir, terlebih bila anda belum mempunyai pengalaman dalam manajerial sama sekali ;
  9. Fokus. Sangat penting membangun karir secara fokus sehingga menghasilkan 'track record' yang mengagumkan ;
  10. Miliki kepribadian yang menarik. Pandai saja tidak cukup. Seringkali, dalam dunia kerja lebih banyak mengandalkan faktor x ketimbang keahlian, kompetensi anda sesungguhnya. Kemampuan softskill anda biasanya lebih banyak membantu membangun karir anda atau sebalinya, meruntuhkan karir anda.

Banyak orang, tidak merasa bahwa dirinya tengah berada di zona nyaman. Itulah sebanya, jangan menutup diri anda dengan dunia luar, yaitu lingkungan selain lingkungan kerja anda saat ini. Selamat berjuang dan tetap semangat membangun karir anda !

Wednesday 22 April 2009

TIPS BEKERJA BAGI PROFESIONAL HUMAS

Pada prinsipnya, profesi humas atau komunikasi dapat bekerja di institusi mana saja, sepanjang institusi tersebut kegiatan komunikasinya telah melembaga (state of being). Namun, bekerja di institusi yang mengandalkan peran komunikasi dengan bekerja di perusahaan yang menjadikan profesi humas atau peran komunikasi sebagai penunjang akan membawa dampak dan kepuasan yang sangat berbeda bagi para praktisi humas.

Bila seorang praktisi humas bekerja di perusahaan yang menjadikan bidang kehumasan hanya sebagai pelengkap atau pendukung saja, maka umumnya, kegiatan dan fungsi humas tidak dapat berperan secara optimal.

Sebaliknya, bila pra praktisi humas bekerja di perusahaan yang menjadikan bidang kehumasan sebagai usaha utamanya, maka para profesional humas dapat memperoleh kesempatan yang jauh lebih luas untuk berkontribusi dan berkembang. Selain itu, anggaran yang disediakan pun dengan sendirinya akan lebih relevan sehingga program-program yang disusun pun dapat terealisasi lebih maksimal.

Itulah sebabnya, para profesional humas harus pandai-pandai memilih pekerjaan yang tepat di perusahaan yang tepat pula. Hal ini sangat penting agar para profesional humas tidak terjebak dalam "zona nyaman" yang perlahan-lahan akan melunturkan kompetensi mereka sebagai seorang praktisi humas yang profesional.

Berikut ini adalah tips bagi para profesional humas dalam menentukan pilihan institusi atau tujuan tempat bekerja, sebagai berikut :

  1. Prioritaskan pilihan pada perusahaan yang usaha utamanya bergerak pada bidang komunikasi, misalnya industri media massa (televisi, radio, majalah, koran), dll.

  2. Prioritaskan pilihan pada perusahaan yang usaha utamanya sangat mengandalkan peran komunikasi, misalnya industri migas, transportasi udara, dll.

  3. Prioritaskan pilihan pada organisasi nir laba internasional yang menjadikan komunikasi sebagai penggerak program-programnya, misalnya organisasi badan internasional PBB (unesco, unicef, who, dll.), asean, green peace, dll.

  4. Prioritaskan pilihan pada institusi pemerintah yang sangat menyadari kebutuhan dan peranan komunikasi, misalnya departemen luar negeri, dll.

Selain bekerja di institusi yang prioritas seperti tersebut di atas, masih banyak institusi lain yang tidak kalah menarik, misalnya pekerjaan humas atau komunikasi yang berkaitan dengan consumer product, jasa layanan publik, gaya hidup atau periklanan dan perhotelan. Hanya saja, profesi-profesi tersebut mengsyaratkan jam kerja lebih banyak.

Pada kenyataannya, saat ini belum terlalu banyak profesional humas/komunikasi yang mumpuni di Indonesia. Maka, jadilah profesional yang punya nilai lebih, menguasai riset komunikasi, bahasa asing dan teknologi komunikasi bisa jadi nilai jual yang tinggi bagi para profesional humas/komunikasi dalam memperoleh pekerjaan dengan pendapatan yang fantastis. Jadi, selamat berjuang !

FENOMENA PARA PENERUS BANGSA

  1. Anak-anak sekolah tidak hafal Pancasila;
  2. Anak-anak sekolah tidak hafal lagu kebangsaan Indonesia Raya;
  3. Anak-anak sekolah tidak hafal nama dan biografi para pahlawan nasional;
  4. Anak-anak sekolah tidak mengerti letak geografi dan keunggulan berbagai kota di tanah air;
  5. Anak-anak sekolah tidak hafal nama bandar udara dan atau dermaga berbagai kota di Indonesia;
  6. Anak-anak sekolah tidak hafal "Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945"
  7. Anak-anak sekolah tidak wajib mengikuti kegiatan pramuka;
  8. Anak-anak sekolah mengenakan seragam tidak secara wajar ; rok terlalu pendek, blus tidak dimasukan, hari senin tidak mengenakan sepatu hitam, rambut tidak rapi dan diikat dengan berbagai asesoris warna-warni, rambut dicat berwarna-warni, bahkan menggunakan make up;
  9. Anak-anak sekolah & mahasiswa semakin agresif dan temperamental;
  10. Anak-anak sekolah & mahsiswa tidak menguasai budaya daerah setempat ; berbahasa daerah, menguasai tarian daerah, menyanyikan lagu daerah, dst.

ORGANISASI PROFESI

Sebagai seorang profesional, para praktisi humas selayaknya bergabung dengan berbagai organisasi profesi kehumasan. Berbagai organisasi profesi yang relevan untuk diikuti oleh para profesional humas antara lain :
  1. ISKI (Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia), organisasi ini keberadaannya per-rayon (wilayah) ;
  2. Aspaskom (Asosiasi Paska Sarjana Komunikasi), koordinatornya oleh Universitas Indonesia;
  3. Perhumas (Perhimpunan Hubungan Masyarakat), hubungi http://www.perhumas.or.id/
  4. Bakomumas (Badan Koordinasi Hubungan Masyarakat), koordinatornya di bawah pengawasan Departemen Komunikasi dan Informasi, hubungi http://www.bakohumas.depkominfo.go.id/

Semoga, dengan bergabungnya para praktisi humas dengan berbagai organisasi profesional yang ada, dapat semakin meningkatkan kemampuan, wawasan, dan pengalaman para praktisi humas sehingga dapat berkontribusi lebih nyata kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam perjalannya mencapai cita-cita mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Tuesday 21 April 2009

SKKNI BIDANG KEHUMASAN, KOMPETENSI KHUSUS

KELOMPOK KOMPETENSI KHUSUS
  1. KOM. PR03.001.01, Melakasanakan Master of Ceremony
  2. KOM. PR03.002.01, Melaksanakan fungsi moderator
  3. KOM. PR03.003.01, Pertukaran informasi lisan dalam Bahasa Inggris
  4. KOM. PR03.004.01, Menulis dalam Bahasa Inggris
  5. KOM. PR03.005.01, Menyampaikan presentasi dalam Bahasa Inggris
  6. KOM. PR03.006.01, Merencanakan dan melaksanakan rapat
  7. KOM. PR03.007.01, Membuat anggaran laporan keuangan
  8. KOM. PR03.008.01, Memonitor kinerja staf
  9. KOM. PR03.009.01, Mengelola tim dan staf

SKKNI BIDANG KEHUMASAN, KOMPETENSI INTI

KELOMPOK KOMPETENSI INTI
  1. KOM. PR02.001.01, Membuat kliping
  2. KOM. PR02.002.01, Membuat dokumentasi perjalanan
  3. KOM. PR02.003.01, Melaksanakan kegiatan open house
  4. KOM. PR02.004.01, Melaksanakan kegiatan internal gathering
  5. KOM. PR02.005.01, Menyelenggarakan kompetisi
  6. KOM. PR02.006.01, Melaksanakan aktivitas protokoler
  7. KOM. PR02.007.01, Menyeleksi proposal sponsorship
  8. KOM. PR02.008.01, Melaksanakan ajang khusus
  9. KOM. PR02.009.01, Melaksanakan kegiatan seminar, konferensi, dan lokakarya
  10. KOM. PR02.010.01, Membuat materi ringkasan (briefing material)
  11. KOM. PR02.011.01, Memetakan media
  12. KOM. PR02.012.01, Monitoring media
  13. KOM. PR02.013.01, Membuat siaran pers
  14. KOM. PR02.014.01, Melaksanakan konferensi pers
  15. KOM. PR02.015.01, Melaksanakan media tour
  16. KOM. PR02.016.01, Menjalin hubungan dengan media
  17. KOM. PR02.017.01, Melaksanakan program darurat
  18. KOM. PR02.018.01, Membuat laporan program kehumasan
  19. KOM. PR02.019.01, Membuat proposal program/kegiatan kehumasan
  20. KOM. PR02.020.01, Membuat perencanaan program kehumasan
  21. KOM. PR02.021.01, Melakukan presentasi
  22. KOM. PR02.022.01, Melakukan pidato
  23. KOM. PR02.023.01, Menyusun naskah pidato
  24. KOM. PR02.024.01, Melakukan wawancara
  25. KOM. PR02.025.01, Membuat publikasi internal
  26. KOM. PR02.026.01, Membuat publikasi eksternal
  27. KOM. PR02.027.01, Menyusun data dan informasi strategis
  28. KOM. PR02.028.01, Membuat company profile
  29. KOM. PR02.029.01, Melaksanakan fungsi juru bicara/spokeperson
  30. KOM. PR02.030.01, Mengikuti pameran
  31. KOM. PR02.031.01, Merancang identitas organisasi/institusi
  32. KOM. PR02.032.01, Membuat laporan tahunan
  33. KOM. PR02.033.01, Melaksanakan program kemanusiaan
  34. KOM. PR02.034.01, Merancang evaluasi program kehumasan
  35. KOM. PR02.035.01, Melaksanakan pendekatan human relations
  36. KOM. PR02.036.01, Memberikan conselling
  37. KOM. PR02.037.01, Melakukan lobby
  38. KOM. PR02.038.01, Melakukan negosiasi
  39. KOM. PR02.039.01, Melakukan komunikasi dengan kelompok tertentu
  40. KOM. PR02.040.01, Memberikan sosialisasi dan edukasi stakeholders
  41. KOM. PR02.041.01, Melaksanakan community relations
  42. KOM. PR02.042.01, Melaksanakan investor relations
  43. KOM. PR02.043.01, Melakukan komunikasi dalam situasi krisis
  44. KOM. PR02.044.01, Mengelola isu negatif
  45. KOM. PR02.045.01, Membuat opini untuk media massa
  46. KOM. PR02.046.01, Manajemen isu dan pendapat umum
  47. KOM. PR02.047.01, Melaksanakan evaluasi kegiatan humas
  48. KOM. PR02.048.01, Menyelenggarakan pameran
  49. KOM. PR02.049.01, Menyelenggarakan cyber public relations
  50. KOM. PR02.050.01, Melaksanakan FGD (focus group discussion)
  51. KOM. PR02.051.01, Melaksanakan penelitian keterbacaan (study readability)
  52. KOM. PR02.052.01, Melaksanakan pengumpulan pendapat umum
  53. KOM. PR02.053.01, Melaksanakan analisisi isi (content analysis)
  54. KOM. PR02.054.01, Membuat mekanisme tatalaksana humas
  55. KOM. PR02.055.01, Mengelola bidang pekerjaan kehumasan

SKKNI BIDANG KEHUMASAN, KOMETENSI UMUM

KELOMPOK KOMPETENSI UMUM
  1. KOM. PR01.001.01, Mengakses & memanggil data komputer
  2. KOM. PR01.002.01, Membuat dokumen di komputer
  3. KOM. PR01.003.01, Merancang dan mengembankan dokumen, laporan dan lembra kerja dengan komputer
  4. KOM. PR01.004.01, Merencanakan penggunaan TI di bagian humas
  5. KOM. PR01.005.01, Melaksanakan koordinasi lintas fungsi dalam organisasi
  6. KOM. PR01.006.01, Menerapkan kepemimpinan (leadership)
  7. KOM. PR01.007.01, Melaksanakan prinsip-prinsip tata kelola organisasi yang baik (Good Corporate Governance)

Sunday 12 April 2009

TIPS MENGUMPULKAN DATA MELALUI KUESIONER

  1. Kenali kharakteristik responden, kelebihan & kekurangannya, untuk menentukan cara pembagian kuesioner;
  2. Bila jumlah responden relatif besar & tersebar, gunakan petugas kuesioner tambahan;
  3. Lakukan pembagian kuesioner pada waktu yang bersamaan, untuk menghindari bias;
  4. Sediakan waktu yang cukup bagi responden untuk mengisi lembar kuesioner;
  5. Sediakan tempat yang nyaman, kursi, meja, alat tulis yang memudahkan responden;
  6. Lengkapi lembar kuesioner dengan petunjuk pengisian yang jelas;
  7. Lakukan simulasi sebelum responden melakukan pengisian;
  8. Lebihkan jumlah (%) sampel untuk menghindari pengembalian data responden yang tidak sempurna (sebagai pengganti);
  9. Berikan cenderamata sebagai ucapan terima kasih, bila memungkinkan;

Friday 3 April 2009

SKKNI HUMAS INTI, KOM.PR02.013.01

Press Release atau Siaran Pers adalah lembar publikasi yang disiapkan oleh humas sebuah organisasi/perusahaan yang memuat berita mengenai pesan yang disampaikan dalam sebuah press conference (konferensi pers).

Sebagai sebuah produk komunikasi, pembuatan press release harus memperhatikan prinsip-prinsip jurnalistik dalam penyajiannya. Dalam pelaksanaannya, press release dibagikan bersamaan dengan kegiatan konferensi pers, atau sebaiknya dibagikan kepada pekerja media sejak sebelum acara konferensi pers dimulai.
TIPS MEMBUAT PRESS RELEASE :

  1. Memenuhi unsur-unsur 5 W + 1 H
  2. Gunakan Bahasa Indonesia Jurnalistik yang baik namun tetap populis
  3. Disajikan dalam kertas berkepala surat dengan alamat organisasi/perusahaan resmi
  4. Mencantumkan hari dan tanggal
  5. Mencantumkan judul yang menarik
  6. Mencantumkan identitas petugas humas yang dapat dihubungi dengan mudah
  7. Upayakan tersaji dalam 1 (satu) lembar halaman

Press Release sangat berguna bagi pekerja media, dalam memperoleh informasi yang memadai mengenai topik yang akan disampaikan dalam konferensi pers. Selain itu, berbekal press release yang ada maka akan memudahkan para pekerja media dalam menggali informasi secara lebih luas melalui berbagai pertanyaan.

Untuk mendukung informasi yang disampaikan dalam press release, sebaiknya press release juga dilengkapi dengan berbagai data lainnya yang biasanya tersedia dalam bentuk media kit. Media kit ini dapat terdiri dari profil perusahaan, pilihan gambar dalam bentuk soft copy maupun hard copy, brosur, maupun contoh produk


KONFERENSI PERS

Konferensi Pers (Press Conference) merupakan kegiatan tatap muka yang diselenggarakan sebuah organisasi/perusahaan dengan pekerja media untuk menyampaikan isu, kebijakan, kemajuan dan hal-ihwal lainnya mengenai organisasi/perusahaan. Tujuan kegiatan konferensi pers adalah agar pesan-pesan organisasi/perusahaan dapat disebarluaskan, dipublikasikan dan diketahui masyarakat luas dengan perantara para pekerja media melalui penulisan atau penayangan berita di media massa masing-masing pekerja media (cetak, elektronik maupun audio visual).

PROSEDUR PENYELENGGARAAN KONFERENSI PERS

  1. Penentuan waktu (hari, tanggal & waktu pelaksanaan)
  2. Penentuan materi pesan yang akan disampaikan
  3. Penentuan komunikator/pembicara utama
  4. Penentuan komunikator/pembicara penunjang, bila dibutuhkan
  5. Penentuan strategi proses penyampaian pesan
  6. Penentuan daftar media massa yang akan diundang
  7. Pemberitahuan kepada pekerja media melalui undangan resmi
  8. Konfirmasi kehadiran tamu undangan
  9. Persiapan & pembuatan press release
  10. Pelaksanaan
  11. Evaluasi
TIPS PENYELENGGARAAN KONFERENSI PERS :

  1. WAKTU. Tentukan waktu penyelenggaraan secermat mungkin, sesuaikan dengan materi pesan yang akan disampaikan. Ingat : situasi & kondisi tempat & waktu penyelenggaraan dapat berpengaruh secara psikologis terhadap berkembangnya isu juga keberhasilan penyampaian pesan.
  2. UNDANGAN. Sebarkan undangan resmi secara tertulis jauh-jauh hari, maksimal 1 (satu) minggu sebelum acara. Bila perlu, ingatkan lagi melalui telepon atau sms.
  3. KONFIRMASI. Lakukan konfirmasi secara proaktif melalui telepon langsung.
  4. FOKUS. Batasi dan konsentrasi pada materi pesan yang akan disampaikan, kuasai dengan baik agar tidak terjadi pembicaraan yang melebar.
  5. PEMBICARA. Tentukan komunikator yang kompeten dengan permasalahan yang ada dan berikan trik-trik bagaimana menjadi pembicara publik yang efektif & menarik. Ingat : tidak setiap konferensi pers selalu tepat bila diwakili oleh pejabat humas sebagai pembicara.
  6. STRATEGI. Jaga dan patuhi komitmen tentang strategi komunikasi yang telah diarahkan oleh humas sebagai seorang profesional yang ahli di bidangnya, patuhi koridor yang ada. Ingat : utamakan satu suara sebagai sebuah corporate statement.
  7. PRESS RELEASE. Buatlah press release yang baik dengan mencantumkan identitas organisasi/perusahaan secara lengkap.
  8. RISET. Lakukan audit humas sebagai evaluasi keberhasilan dan citra terhadap penyelenggaraan konferensi pers. Lakukan pula audit program monitoring lingkungan sebagai evaluasi terhadap perkembangan isu pesan yang telah disampaikan mengenai perusahaan.
  9. EVALUASI. Evaluasilah hasil kegiatan konferensi pers yang telah digelar khususnya dalam hal pemberitaan atau ekspos media yang dipublikasikan berkaitan dengan konferensi pers tersebut. Walaupun kesuksesan sebuah kegiatan konferensi pers sangatlah relatif dan tidak dapat ditentukan oleh keberhasilan ekspos berita sehubungan dengan kegiatan konferensi pers tersebut, namun penting untuk tetap melakukan evaluasi untuk mengetahui hal-hal apa yang menyebabkan ekspos media tidak dilakukan seperti yang diharapkan oleh perusahaan (apakah ada hal yang lebih memiliki nilai berita, atau alasan lainnya).

Thursday 2 April 2009

SKKNI HUMAS INTI, KOM.PRO2.003.001

Kegiatan open house merupakan salah satu program kegiatan humas eksternal. Di beberapa perusahaan, kegiatan open house intinya adalah kegiatan visiting factory atau kunjungan pabrik untuk melihat proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan.

Pada prakteknya, umumnya kegiatan Open House menjadi kebutuhan dan kepentingan banyak pihak dalam sebuah perusahaan/organisasi, bukan hanya menjadi kepentingan unit kerja humas saja. Namun pada prinsipnya, siapapun tamu yang berkunjung dalam kegiatan Open House, seyogyanya tetap menjadi perhatian dan diterima secara resmi oleh unit kerja humas yang dalam hal ini menjadi penghubung di antara keduanya.

Sebagai kegiatan yang diperuntukkan bagi publik eksternal, maka kelompok publik yang melakukan kunjungan dalam kegiatan open house ini biasanya :
  1. Pelanggan
  2. Pemerintah
  3. Media massa
  4. Masyarakat umum (pelajar)

PROSEDUR PENYELENGGARAAN OPEN HOUSE :
  1. Penerimaan para tamu oleh tim humas sebagai perwakilan manajemen. Prosesi penerimaan biasanya dilakukan secara resmi dalam sebuah ruang khusus dengan susunan acara yang baik;
  2. Pembagian kuesioner untuk mengukur brand awareness, bila diperlukan;
  3. Peninjauan ke area show case, display, bila ada;
  4. Peninjauan ke area produksi. Umumnya, sebuah perusahaan manufaktur akan memiliki area khusus untuk kegiatan peninjauan ini;
  5. Menyaksikan penayangan video profil perusahaan;
  6. Diskusi & tanya jawab;
  7. Pembagian cenderamata (bila ada);
  8. Evaluasi : Pembagian kuesioner untuk mengukur citra (audit humas) kegiatan Open House, bila diperlukan;
  9. Penutup;

TIPS MENYELENGGARAKAN OPEN HOUSE :

  1. Perhatikan waktu berlangsungnya kegiatan Open House, khususnya dalam kegiatan kunjungan pabrik. Sesuaikan dengan jam kerja pegawai, bila tidak ingin pengunjung kecewa karena proses produksi terhenti saat istirahat makan siang.
  2. Optimalkan kemampuan petugas humas sebagai sumber informasi yang mumpuni tentang kegiatan perusahaan, agar selama proses open house berlangsung, tamu memperoleh jawaban yang benar dan diplomatis tentang perusahaan/organisasi.
  3. Siapkan petugas humas dalam jumlah yang cukup, sesuai jumlah tamu yang hadir.
  4. Gunakan alat pengeras suara portable. Alat pengeras suara sangat mempengaruhi kesuksesan proses open house terlebih pada saat melakukan kunjungan pabrik.
  5. Gunakan layar lebar untuk menyaksikan video company profile dengan sound system yang baik. Penggunaan TV sangat tidak disarankan, kecuali tamu yang hadir kurang dari sepuluh orang.
  6. Sediakan moda transportasi, bila jarak ruang penerimaan dan area produksi berjauhan atau berbeda gedung.
  7. Bila hujan, sediakan payung yang cukup.

KLIPING

Dalam SKKNI Bidang Kehumasan, membuat kliping merupakan standarisasi inti pertama yang harus dikuasai oleh seorang petugas humas. Maksudnya, membuat kliping merupakan kegiatan paling mudah dari 70 (tujuh puluh) kompetensi yang disyaratkan dalam SKKNI Bidang Kehumasan bagi praktisi humas di Indonesia.
Kliping atau guntingan berita, merupakan kumpulan guntingan berita yang dimuat dalam media massa cetak baik surat kabar, tabloid, ataupun majalah, yang memuat berbagai isu yang berkaitan dengan kegiatan organisasi/perusahaan.
Sebagai kumpulan guntingan berita, kliping berguna bagi manajemen dan organisasi secara keseluruhan dalam memantau kondisi organisasi di mata publik sekaligus situasi sekitar organisasi secara lebih cepat, tanpa harus membaca seluruh media massa yang tersedia. Karena itu, tolok ukur dalam penyusunan produk kliping, yang paling utama adalah kecepatan dalam penyajian.
Kliping, disajikan dalam sebuah blangko kliping yang memuat :
  1. Kepala surat & unit kerja yang menerbitkan kliping
  2. Nama & logo perusahaan
  3. Hari & tanggal
  4. Nama & halaman media yang dikliping
  5. Topik berita yang dikliping
  6. Area "kesimpulan" & "saran"
  7. Identitas penanggung jawab kliping
  8. Ruang yang cukup untuk me"nempelkan" guntingan berita
PROSEDUR MENYUSUN KLIPING :
  1. Scanning media massa, baca secara cepat, pusatkan pada headline dan rubrik yang relevan dengan kegiatan organisasi. Bila dilakukan oleh seorang petugas humas, proses scanning untuk 6 - 10 surat kabar, maksimal dibutuhkan waktu 15 menit. Bila lebih banyak media massa yang harus dipilah, lakukan penambahan waktu secara proporsional, atau lakukan penambahan petugas humas;
  2. Salin berita yang sudah dipilih menggunakan mesin pengganda (foto kopi). Perhatikan : pembesaran atau pengecilan ukuran berita sesuai kebutuhan dan ketersediaan area kliping. Bila tulisan muncul dalam area kolom berita hanya sedikit & kecil, lakukan pembesaran secara wajar sehingga memudahkan bagi pembaca. Begitu pun sebaliknya;
  3. Lengkapi data kliping selengkap mungkin : hari & tanggal, sumber berita, media & halaman, serta topik berita;
  4. Buat kesimpulan berita. Perhatikan unsur 5 W + 1 H. Tambahkan saran atau komentar bila diperlukan. Saran & komentar sangat bermanfaat bagi manajemen dalam membuat keputusan yang dibutuhkan berkaitan dengan kliping yang ada;
  5. Cantumkan identitas penanggung jawab kliping.
  6. Penting : perhatikan pula estetika tampilan kliping seperti ukuran, komposisi dan kejelasan hasil salinan (foto kopi) sehingga secara keseluruhan kliping dapat dibaca dengan nyaman;
  7. Waktu. Selesaikan kliping maksimal pukul 09.00 dan sudah tersedia di meja BOD dan middle manajemen;
  8. Lakukan hal sama secara online;