Monday 26 July 2010

KONVENSI PERHUMAS 2010

Perhumas Indonesia menggelar Konvensi Nasional Humas (KNH) 2010 pada Rabu - Kamis, 21 - 22 Juli 2010, di Hotel Sultan, Semanggi, Jakarta. Mengusung topik "Powering Public Relation Excellence" konvensi diikuti lebih dari 200 peserta dari berbagai kalangan, mulai dari praktisi profesional swasta maupun pemerintahan, akademisi berbagai universitas terkemuka, mahasiswa, hingga para pendiri Perhumas senior yang walaupun sudah pensiun bahkan beranjak tua, masih tetap semangat dan cinta akan profesinya, humas Indonesia.


Perhelatan akbar ini dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden Boediono pada hari Rabu pagi, bertempat di Istana Wakil Presiden, Kebon Sirih, Jakarta dihadiri oleh Menteri Komunikasi dan Informasi, Tifatul Sembiring dan Ketua Mahkamah Konstituasi, Mahfud MD serta sejumlah pejabat tinggi lainnya. Sejumlah pembicara luar biasa hadir menyampaikan pandangannya tentang dunia kehumasan di era global saat ini. Sebagai keynote speaker, Menteri BUMN, Mustafa Abubakar menyampaikan presentasinya membahas "Kompetensi dan Kompetisi Global".

KNH 2010 menggelar 3 (tiga) kegiatan besar meliputi :
  1. Seminar
  2. Lomba Ing Griya
  3. Anugerah Perhumas
SEMINAR
KNH 2010 menghadirkan sejumlah pembicara besar, antara lain Mantan Wapres dan Ketua PMI, Jusuf Kalla dengan rumusannya tentang humas sebagai "Rumah Mode"; mantan Presiden Direktur di berbagai perusahaan pertambangan selama bertahun-tahun, kini sebagai Presiden Direktur Kiroyan Partner, Noke Kiroyan, Chairman Noke Institute; Elizabeth Gunawan Ananto, Presiden IPRA 2010; Pengamat ekonomi, Faisal Basri dan sejumlah CEO perusahaan multi nasional dari dalam dan luar negeri hingga praktisi media dihadirkan untuk berbagi pandangan mengenai masa depan humas Indonesia.


Topik KNH 2010 "Powering Public Relations Excellence" sangat banyak mengupas tentang kompetensi bagi praktisi humas Indonesia, khususnya berdasarkan SKKNI Bidang Kehumasan yang telah digulirkan oleh pemerintah melalui Kep Menarkertrans No. 039/Menakertrans/II/2008. Minimnya sosialisasi mengenai asal-usul penyusunan SKKNI Bidang Kehumasan ini hingga proses penetapan dan sertifikasinya membuat keberadaan SKKNI Bidang Kehumasan ini nyaris purba sejak kelahirannya lebih dari 2 (dua) tahun lalu di antara para pelakunya sendiri.


Salah satu indikator nyata adalah betapa sulitnya mengakses keberadaan Kep Men tersebut berikut penjelasan SKKNI Bidang Kehumasan memalui berbagai media on line atau virtual. Bahkan web Depkominfo sebagai ketua tim penyusun dan Depnakertrans sebagai regulator yang menetapkan SKKNI itu pun tidak menyediakan data tersebut.


Salah seorang pembicara justru mendapatkan informasi seputar SKKNI Bidang Kehumasan melalui blog-blog pribadi. Bahkan untuk penjelasan rinciannya, ia mendapatkan dari situs internasional ! Betapa menyedihkannya ? Tak hanya itu, salah seorang peserta dari kalangan akademis pun bahkan belum pernah mendengarnya sama sekali tentang SKKNI Kehumasan ini ....


LOMBA ING GRIYA
Kompetisi menyoal media komunikasi konvensional dan on-line - virtual ini merupakan mata acara wajib yang selalu digelar dalam banyak perhelatan KNH di manapun penyelenggaraannya. Tahun ini, sebuah mata lomba tidak dapat memilih pemenang karena jumlah peserta hanya 2 (dua). Bisa jadi, sedikitnya jumlah peserta kembali lagi karena tidak eksisnya peran humas di berbagai organisasi atau isntitusi. Akibatnya, mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti kompetisi.


ANUGERAH PERHUMAS
Pemberian anugerah Perhumas ditujukan kepada sejumlah insan yang memiliki komitmen, integritas dan kontribusi nyata terhadap kemajuan profesi dan keberadaan humas Indonesia. Sejumlah akademisi, profesional maupun praktisi senior terpilih mendapatkan Anugerah Perhumas 2010. Di antaranya adalah August Parengkuan, PR Society dan Elizabeth Goenawan Ananto (EGA), Presiden IPRA 2010. Ibu Ega terpilih tentu karena perjuangannya yang tak kenal lelah sehingga menjadikannya orang Indonesia pertama, khususnya perempuan humas Indonesia pertama, yang berhasil menduduki jabatan bergengsi, Presiden Internasional Public Relations Association (IPRA) yang berpusat di Inggris.


Secara keseluruhan, KNH 2010 sungguh merupakan kesempatan yang sangat baik selain sebagai wahana pencerahan dan berbagi pengalaman, juga membangun jaringan bagi semua pihak di dunia kehumasan. Menilik dari kehadiran para pembicaranya, Muslim Basya, Ketua Perhumas terhitung sukses menghantarkan KNH 2010 dibuka secara langsung oleh Wapres Boediono dengan sejumlah pembicara yang sangat kompeten dan mumpuni !

Bagaimanapun, KNH 2010 telah berhasil menjadi media sosialisasi yang efektif bagi pengenalan Kep Men no. 039/Menakertrans/II/2008 tentanng SKKNI Bidang Kehumasan di antara para pelakunya. Selain itu, KNH 2010 memberikan peluang bagi bergulirnya proses sertifikasi SKKNI Bidang Kehumasan bagi para praktisi menuju profesional. Tidak hanya itu, KNH 2010 pun menjadi titik awal penyempurnaan SKKNI Kehumasan selanjutnya, di masa yang akan datang sesuai tuntutan jaman.

Beberapa hal sebagai evaluasi dalam penyelenggaraan KNH 2010 ini antara lain adalah :
  1. REKOMENDASI. Seyogyanya, pertemuan besar yang mampu mengumpulkan banyak kalangan humas dari seluruh Indonesia ini dapat menghasilkan sebuah rekomendasi dalam setiap gelaran konvensinya yang dapat ditujukan kepada berbagai pihak yang berkompeten dan berwenang. Berikutnya, tentu saja agar rekomendasi tersebut dapat menjadi program kerja Perhumas selanjutnya;
  2. LIPUTAN. Seyogyanya pula, ajang KNH ini menjadi sebuah pembuktian keberhasilan para praktisi humas dalam membangun kerja sama khususnya dengan teman-teman media. Artinya, selayaknya perhumas dalam setiap perhelatan KNH-nya mendapat ekspos media yang dasyat dari media secara intensif menjelang, selama dan paska kegiatan. Tidak mudah ? Pasti ! Seharusnya, ajang sekelas ini menjadi pembukatian sekaligus kick-off yang efektif bagi para pelaku humas bila hendak menggaungkan program secara mantap. Tapi apa boleh buat, humas tanpa media apa jadinya ? Perhelatan profesional humas tanpa ekspos media secara meluas, tentu ironis sekali ....
  3. ANUGERAH ORANG MUDA. Prestasi tentu tidak berbanding lurus dengan senioritas. Bisa jadi banyak akademisi muda, profesional muda, praktisi muda yang juga berprestasi dalam ukurannya dan layak mendapatkan apresiasi. Bila Perhumas menghendaki perubahan nyata, maka inilah saatnya membuat terobosan ! 
  4. MATERI BERIMBANG. Menyampaikan masalah secara berimbang tentu akan lebih menarik dan lebih nyata. Selama ini pembicara lebih banyak menghadirkan top level management yang nota bene seringkali terbatas pemahamannya mengenai peran humas itu sendiri. Maka tak ada salahnya bila KNH pun berani menggelar seminar yang menghadirkan bedah kasus kehumasan dari kaca mata para pelaksana dengan segala problema yang telah menjadi penyakit chronis dan menahun di kehidupan humas Indonesia selama ini;
  5. AUDIT HUMAS. Sebuah prosedur standarlah bila para insan humas berani melakukan audit bagi kesuksesan perhelatannya sendiri ....
Besarnya jumlah peserta adalah kesuksesan, keragaman kalangan yang hadir adalah kesuksesan, kelas pembicara yang berkenan hadir adalah kesuksesan, pemimpin negara berkenan membuka resmi perhelatan adalah kesuksesan, dan ... kekompakan kerjasama seluruh tim adalah bukti nyata kesuksesan ! Pemimpin yang handal berpadu dengan tim yang solid, itulah kuncinya ! Maju terus Perhumas Indonesia !