Monday 11 May 2009

IN-HOUSE MAGAZINE

In-house magazine atau majalah internal perusahaan merupakan salah satu medium komunikasi produk kehumasan. Bentuknya dapat berupa majalah dalam jumlah halaman yang relatif banyak 30-50 halaman, namun ada juga yang dalam bentuk bulettin yang hanya terdiri dari beberapa halaman.

Sebagai sebuah media komunikasi, tentulah maajalah internal perusahaan atau organisasi berfungsi untuk menyampaikan hal-hal yang berkaitan tentang perusahaan kepada publik, utamanya publik internal.

Namun pada praktiknya, pengelolaan sebuah majalah internal perusahaan seringkali menemui banyak kendala, antara lain :
  1. Keterbatasan SDM. Artinya pengelolaan majalah dilakukan bukan oleh orang yang memiliki keahlian di bidang komunikasi;
  2. Pengelolaan majalah dikerjakan oleh satu orang, yang tidak mempunyai keilmuan komunikasi dan pemahaman mengenai pengelolaan majalah;
  3. Majalah tidak dikelola secara disiplin, sehingga terbit tidak tepat waktu, unsur faktualitasnya terlampaui;
  4. Pemberian apresiasi tidak dilakukan secara tepat dengan kualifikasi berbeda;
  5. Pembagian dan pemberian nama rubrikasi tidak jelas;
  6. Penentuan topik dalam setiap terbitan tidak mengutamakan hal-hal yang berkaitan dengan perusahaan, namun mengandalkan callender event nasional atau internasional;
  7. Sampul majalah tidak mencerminkan isi majalah, baik secara tulisan maupun visual;
  8. Kelengkapan struktur dan alur kerja inti tidak terpenuhi sehingga kualitas majalah sangat rendah, dll.

Secara sederhana, pengelolaan sebuah manjalah internal perusahaan membutuhkan antara lain :

  1. Struktur organisasi & alur kerja yang jelas;
  2. SDM yang kompeten : reporter/jurnalis, editor, disainer, fotografer, dll.;
  3. Pembagian dan pemberian nama rubrik yang jelas dan menarik;
  4. Komitmen pengelola dalam menentukan topik yang memiliki relevansi dengan aktivitas perusahaan;
  5. Sampul majalah mencerminkan isi majalah baik secara tulisan maupun visual;
  6. Apresiasi yang sesuai dengan kategori jenis tulisan;
  7. Kepatuhan terhadap periodisitas masa terbit, dll.

Demikianlah, dari berbagai kendala yang ditemui di lapangan selama ini, persoalan yang paling mendasar dalam dunia kehumasan selalu saja kembali ke pangkal permasalahanannya. Bahwa dunia kerja kehumasan selama ini banyak terisi oleh SDM yang memang tidak memiliki kualifikasi yang sesuai dengan SKKNI Bidang Kehumasan atau tidak memiliki latar belakang kelimuan komunikasi, khususnya kehumasan.

Kini, semuanya berpulang kepada para calon dan para profesional humas itu sendiri, akan menjadi tuan rumah di nergerinya sendriri, atau lagi-lagi, kembali menjadi tamu di kerajaan dan singgasananya sendiri ?

No comments:

Post a Comment