Saturday 2 May 2009

M. JAMILUDDIN RITONGA

Bang Jamil, demikian saya memanggil namanya. Beliau adalah dosen saya saat menempuh pendidikan strata 1. Menilik dari namanya, beliau memang seorang batak asli. Namun bila berbicara dengannya, dia jauh lebih santun dari saya yang orang jawa.

Bang Jamil, adalah seorang dosen metodologi. Walaupun dia bukan dosen yang killer, tapi semua siswa sangat jiper saat tengah belajar bersamanya. Beliau benar-benar 'memaksa' kami semua siswanya agar menguasai metodologi secara baik dan pintar-lah pokoknya ! Herannya, walaupun kami semua 'takut' padanya, tapi saya tidak pernah mendengar ada siswa yang membeci beliau. Justeru sebaliknya, banyak siswa yang menaruh hormat kepadanya karena beliau adalah dosen yang sangat, sangat pandai namun sederhana dan bersahaja.

Bagi saya, beliau adalah orang yang teramat istimewa. Dulu, saya pernah berjanji tidak akan datang kembali lagi ke kampus karena sudah teramat pusing dengan semua yang saya pelajari selama ini. Kenyataannya, pret ! Saya selalu saja bolak-balik ke kampus karena saya terus saja mencari beliau. Saya merasa sangat perlu untuk selalu berguru dan belajar kepadanya.

Jadilah, saat saya hendak ujian statistik dan metodologi komunikasi terapan saat kuliah S-2, saya pun datang lagi kepadanya, belajar lagi, lagi, dan lagi. Saat saya hendak menyelesaikan tesis, yang saya lakukan adalah berkantor di kantor beliau, duduk persis di depan mejanya dengan membawa laptop dan setumpuk buku. Selama hampir 2 (dua) minggu saya cuti bekerja dan menggarap tesis saya dengan 'berkantor' bersamanya. Padahal yang saya lakukan hanya apa ? Duduk di kursi saya dan menyelesaikan sendiri tesis saya, sementara beliau pun duduk di kursinya sibuk dengan pekerjaaanya. Saat tangan saya berhenti memencet tuts komputer milik saya, dengan suara datar beliau pun bertanya, "Kenapa kau berhenti bekerja, apa yang kau tidak tahu ?" sementara wajahnya tetap tersembunyi di balik buku yang tengah beliau baca ! Wuakakak ... !

Saya merasa sangat tenang dan nyaman, yakin dan percaya diri menyelesaikan tesis saya, hanya karena duduk di hadapan beliau ! Menurutnya, saya ini manja ! Begitulah, tapi semua daya upaya saya lakukan untuk selalu dapat belajar kepada beliau. Saya uber beliau ke mana pun perginya, sepanjang saya masih mampu, agar saya bisa belajar ! Hingga hari ini, setelah saya bekerja hampir 14 tahun lamanya, saya tidak juga berhenti mengubernya !

Saya sangat hormat padanya. Hingga saat ini, saya masih kerap menemuinya, baik di kantornya di senayan, di kampusnya dekat cawang, dekat rumahnya di depok, kadang menjempunya agar bisa bersama-sama ke depkominfo bersosialisasi dengan banyak orang pintar di sana, atau kadang sekedar hang out bertiga bersama suami, bahkan makan siang bersama kedua orang tua saya, sambil tetap belajar dan berdiskusi.

Bagi saya, Bang Jamil adalah aset. Bukan hanya bagi saya, tapi bagi dunia pendidikan Indonesia, khususnya ilmu komunikasi. Kepadanyalah saya melakukan re-charge, re-fill, memperkuat dan mengisi kembali isi otak saya. Karenanya, saya seringkali merasa sangat khawatir bila beliau tidak dapat saya hubunginya selama berhari-hari. Biasanya, saya hanya akan meninggalkan pesan singkat, semoga beliau dalam keadaaan sibuk dan baik-baik saja dan bukan karena sedang sakit. Biasanya juga, tak lama kemudian, saya pun dapat menghubunginya dan tahu bahwa beliau tengah sakit.

Kadang, Bang Jamil seringkali bersungut-sungut pula pada saya, karena saya kerap menggodanya. Hingga beliau pun berkomentar, "Kau ini kurang ajar, mana ada murid lancang begini sama dosennya ?" sambil tetap tertawa. Sementara saya, akan semakin senang meledeknya lantaran dia tidak lebih batak ketimbang saya yang galak, dan hapal jalan nyaris seluruh jakarta ! Belum lagi kesantunnanya itu, semakin membuat saya suka menggodanya dan menjuluiki karena beliau tidak jelas 'kebatakannya.'

Begitulah, seorang guru bagi saya. Tidak banyak yang bisa saya lakukan bagi beliau selain mendoakannya, agar beliau senantiasa diberi kesehatan dan amalan-amalannya mendapatkan pahala yang berlipat dari Allah SWT serta memperoleh rezeki yang melimpah. Rasanya, masih banyak yang harus saya 'curi' dari beliau, saya ingin tertulari kepandaian dan kebersahajaannya. Semoga Allah mengabulkan doa-doa saya ....

3 comments:

  1. setuju sekali dengan pendapat mbak di blog ini..
    pak Jamil emang dosen yang tegas tapi tetep di sukain dan di hormatin sama mahasiswa dan mahasiswinya....
    Dia selalu bilang kalau dia tidak cari materi di kampus tapi memang ingin mengajar karena ada kepuasan tersendiri buat beliau kalau mahasiswanya ngerti apa yang dia ajarkan....mantabbb lah pokoknya...:D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul rupanya ya ? Hahaha ... beliau sungguh baik hati dan tak jelas ya kebatakannya ... ? Guru yang sangat unik. Bersyukur kita pernah berkesempatan dididik oleh beliau ya, Alhamdulillah ... :)

      Delete
  2. Saya setuju dengan apa yang Ibu tulis di blog ini. Saat ni saya sedang mendapatkan kelas yang diajarkan oleh beliau di salah satu universitas di Jakarta Barat yaitu Metode Penelitian Komunikasi dan Riset Public Relations. Semoga Pak Jamil sehat selalu dan dapat terus berkarya.

    ReplyDelete