Tuesday 6 June 2017

BEDA GELOMBANG

TAKDIR ALLAH

Adalah sudah menjadi takdir Allah, bahwa berjalan 7 (tujuh) bulan terakhir ini tetiba daku berada di tengah-tengah orang-orang sholeh dan sholehah yang kaya akan ilmu Allah. Masya Allah. Alhamdulillah. Diawali dengan panggilan hati yang satu itu, maka daku pun kini berada di sini, berada di tengah-tengah mereka. Dan Sabtu, 3 Juni 2017 lalu, untuk yang kedua kalinya daku berkesempatan bergabung bersama adik-adik sholeh dan sholihah ini untuk menghelat kegiatan berbagi bersama anak-anak yatim piatu dan dhuafa ....

YATIM PIATU DHUAFA

Jadilah, rumah yatim piatu dhuafa Bahrul Ulum yang daku tawarkan ditetapkan menjadi pilihan. Beberapa kali sudah pernah bertandang ke sana, tapi belum pernah melihat situasi panti yang sebenarnya. Saat daku berkesempatan melihat lebih jauh kondisi panti sore itu, masya Allah, berasa diri ini ditampar-tampar. Sungguh, andai daku menjadi mereka, para yatim piatu dhuafa itu, bisa jadi daku akan lebih banyak menangis meraung-raung. Daku tidak tahan kotor dan sangat jijik bila berada di lingkungan yang kotor. Dan kondisi panti itu ... sungguh di luar batas kompromi yang daku punya ....

Saat daku kedua kali berkunjung kembali ke sana, menjelang maghrib hujan turun sangat deras. Aula di mana tempat daku duduk bersama Lisa dan Neneng sangat kotor dan kumuh, kecoa hilir mudik, karpet sangat kotor. Saat Lisa dan Neneng usai mengambil air wudhu di kamar mandi, keduanya tampak kehabisan kata menggambarkan situasi kamar mandi tersebut.

Air hujan dari area jemur pakaian mulai memasuki area aula di mana tempat kami duduk. Air hujan dari rembesan anak tangga di sisi selatan pun mulai mengalir menuju karpet yang kami duduki, basah di mana-mana. Sementara anak-anak yatim itu, lelaki-lelaki kecil itu, sibuk menghalau air, membuka tutup selokan kecil, membenahi talang air, di tengah derasnya guyuran air hujan. Mereka tampak gembira, namun daku menatap sedih ....

BAU OMPOL

Saat hari itu tiba, Sabtu, 3 Juni 2017, saya pun berada di sebuah kamar siswa perempuan. Kamar yang hanya tersedia 3 (tiga) ruang saja, dihuni masing-masing oleh 20 - 30 anak. Kamar yang daku singgahi terletak paling ujung dekat tangga turun menuju mushola, salah satu tempat tidurnya persis berada di sudut, berada di bawah jendela dekat pintu masuk kamar yang menghadap selatan. Seorang Teteh mengabarkan, tempat tidur itu bau ompol. Saat daku dan Teteh itu bertanya kepada salah satu siswa, siapa yang menempati tempat tidur itu, ternyata adalah seorang gadis muda berusia13 tahun yang rupanya masih mengompol.

Begitu baunya pesing pada matras latex itu, alhasil setiap malam tiba, si gadis kecil menggulung matras itu dan ia tidur di atas selembar triplek alas kasur ... masya Allah ... daku dan Teteh terbengong, pilu rasanya .... 

Sungguh, si Teteh sampai-sampai berulang kali nyaris muntah karena bau ompol yang luar biasa, terperangkap dalam kasur busa latex yang lembab. Daku ? Sudah barang tentu berdiri agak menjauh dari sana, sungguh daku sangat tidak tahan dengan kotor. Menyedihkan betul sikap daku ini ? Memang .... Namun akhirnya kami berdua berhasil mengeluarkan matras latex tersebut untuk dijemur di selasar balkon kamar. Alhamdulillah ....

Di kesempatan yang lain, seorang siswa perempuan tidak mendapatkan respon yang menyenangkan. Saat ice breaking berlangsung dan anak-anak diminta berpasangan, tak ada seorang pun yang mau berpasangan dengan anak ini. Teman terdekat yang ada disebelahnya memberikan punggungnya. Seorang Teteh memintanya bergeser ke belakang karena ada sekelompok siswa yang bertiga, sehingga akan dapat menjadi pasangannya.

Namun apa yang terjadi ? Setiap instruksi yang disampaikan, tetap tidak menjadikan sang teman baru ini berkenan untuk berinteraksi dengan anak ini. Maka jabat ala Umar pun tak dirasakannya. Ia terabaikan. Sang kawan baru memilih untuk mengacuhkannya. Lantaran apa ? Lantaran anak ini menderita bibir sumbing .... masya Allah ....

Ibunda tercinta pernah mengingatkan daku, berinteraksi dengan anak yatim penuh dengan godaan. Umumnya mereka nakal, karena kurang kasih sayang. Namun apa yang daku saksikan, sungguh menyedihkan. Pun telah daku telah meminta mereka untuk saling bermain bersama. Anak ini tetap terabaikan ....

Hikmah ... Tentu tidak semua interaksi anak-anak ini dapat terpantau oleh pengurus panti. Hingga hal-hal yang demikian terlampaui. Bahwa mengurus anak - anak yatim bukan melulu soal kebutuhan badaniah. Bahkan yang terkelola dalam sebuah panti dan pesantren sekaligus pun tak luput dari hal yang demikian. 

Fitrahnya, yatim atau bukan, mereka semua adalah manusia dengan segala sifatnya, baik dan buruknya. Maka pembully-an pun bisa pula terjadi di sana. Tapi terbayangkankah seorang yatim, dibully, lalu kepada siapa ia akan mengadu dan meminta pertolongan ? Betul, kepada Allah ... tapi sungguh dia hanyalah seorang anak yang belum genap 10 tahun usianya mungkin. Maka menjadi kewajiban kita, yang dewasa untuk menolongnya. Dan daku, tidak berhasil menolongnya ... astaghfirullahaladzim ....  

BEDA GELOMBANG

Menghabiskan waktu bersama para kekasih Rasulullah ini, anak-anak yatim piatu dan dhuafa tentu akan selalu mendatangkan banyak hikmah bagi mereka yang mau berfikir. Namun selain dari hal yang sangat haq itu, ada hikmah lain yang sangat berharga yang daku peroleh kali ini.

Bekerja sama dengan adik-adik penggiat majlis ilmu ini, anak-anak muda usia, yang rata-rata separuh umur daku ini, daku bagaikan sebuah radio yang beda gelombang yang berupaya keras mensejejarkan diri. Bila beda frekuensi, masih dapat digeser, 100 Fm ke 102 Fm. Tapi kalau beda gelombang, satu Fm yang lain Am, maka sungguh babak belur rasanya ....

Hal lain yang tidak bisa dihindari adalah kenyataan bahwa daku pun bukan insan yang datang dari komunitas yang sama dengan adik-adik yang sholeh dan sholihah ini. Daku hanyalah seorang outlier yang beruntung, berkesempatan menjadi new comer dalam majlis yang luar biasa ini. Daku bukan datang dari angkatan yang mana, kelas apa, tahun berapa sebagaimana waktu-waktu luar biasa yang telah mereka semua lalui hingga bisa berada bersama-sama di sini ....

Singkat kata, 'memalukan' ... itu saja mungkin kata yang paling tepat untuk menggambarkan tentang keberadaan daku dalam kegiatan ini dalam setiap prosesnya, yang seharusnya menjadi amal sholih daku yang sebaik-baiknya ....

TIDAK ADA YANG KEBETULAN

Bilamana berkegiatan dengan adik-adik ini yang pertama kali dulu sepertinya tidak sebagaimana kegiatan kali ini, adalah bersamaan waktunya saat ayahanda mendapatkan musibah dan sakit di kampung halaman. Maka, di setiap Senin hingga Kamisnya yang satu jamnya sebelum maghrib, adalah sebaik-baiknya waktu yang daku punya untuk mewujudkan ini, mendatangi panti dan berkoordinasi. Maka di setiap Jumat sore hingga Minggu tengah malam, adalah sebaik-baiknya waktu yang daku punya, untuk pulang kampung,  6  (enam) jam perjalanan, menemui orang tua, berbakti kepada ayahanda, yang hanya bisa daku temui di hari Sabtu, 3 (tiga) jam saja, tak lebih waktunya. Hanya itu saja ... Masya Allah ....

Maka, tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini kecuali dengan ijin Allah Ta'alla, yang telah menetapkan kisah atas diri masing-masing umat, 50.000 tahun sebelum umat diciptakan. Maka, bilamana segala keterbatasan ini menjadi amalan, semoga Allah ridho menjadikan ini hal yang mendatangkan manfaat bagi ayahandaku tercinta dan memudahkan segala urusannya dan sakitnya. Maka, bilamana segala kekhilafan ini termaafkan, cukuplah itu menjadi hadiah yang sangat indah atas segala ketidakberdayaanku di tengah-tengah ketetapan Allah yang ada padaku saat ini. Aamiin ... aamiin ... aamiin ... yaa Rabbal alamiin ...

Mensyukuri atas segala kesempatan yang menghampiri, atas pengertian semua sahabat di sekeliling, atas toleransi yang ekstra, semoga daku tergolong ke dalam orang-orang yang beruntung, mohon maaf lahir dan batin ....

No comments:

Post a Comment