Singkat cerita, saya bergabung dalam sebuah kelas diskusi pelatihan berbahasa Inggris. Di dalam kelas itu ada seorang guru dan delapan siswa, satu di antaranya adalah saya. Seluruh siswa berkesempatan melatih kefasihannya berdiskusi dan berdebat dalam Bahasa Inggris selama satu jam. Setiap kelas diskusi diikuti oleh peserta yang berbeda dan dengan topik yang berbeda pula. Seperti biasanya, sebelum diskusi kelas dimulai maka setiap peserta diminta untuk memperkenalkan dirinya.
Kebetulan kedelapan siswa yang hadir saat itu adalah para pekerja profesional yang relatif sudah cukup berpengalaman. Maka, satu demi satu pun di antara kami saling memperkenalkan diri. Ada seorang insinyur yang bekerja pada sebuah perusahaan konsultan, ada seorang praktisi hukum yang bekerja pada sebuah firma hukum, ada seorang auditor yang bekerja di sebuah perusahaan akuntan publik, ada seorang manajer pemasaran dari sebuah perusahaan pengembang terkenal, ada seorang teknisi yang bekerja pada sebuah perusahaan elektronik Jerman, ada seorang ahli kimia yang bekerja sebagai dosen, ada seorang psikolog, dan ada saya, seorang praktisi humas yang tidak pernah memperkenalkan profesi saya pada setiap kesempatan kecuali saat menghadiri kegiatan yang berurusan dengan urusan kantor.
Maka diskusi ice-breaking saat itu pun berlangsung sangat menarik. Siswa-siswa yang lain pun tak kalah antusias dan hanya terbengong-bengong saat mengetahui hal besar yang selama ini tidak pernah mereka ketahui tentang kehebatan bangsa ini menyangkut "money maker" ini . Maka diskusi yang terjadi antara saya dengan sang auditor pun menjadi semakin menarik dengan banyak keingintahuan dan reaksi. Ia merasa begitu penasaran dan terus mengejar serta memberondong saya dengan berbagai pertanyaan. Dan saya, meladeni semua pertanyaannya sesuai fakta, obyektif dan rasional dengan tenang dan biasa-biasa saja.
"KAMU PR ATAU APA ?"
Inti catatan pendek ini bukan tentang saya, tapi tentang kekuatan sebuah profesi dalam mengubah pengetahuan pada tingkatan yang paling dasar (kognitive), sikap (afective) bahkan hingga perilaku (behaviour) manusia. Dan profesi yang mampu melakukan itu salah satunya adalah seorang PR !
Seperti halnya yang dialami oleh sang auditor dengan pengetahuannya dan pengalamannya yang mungkin tidak lengkap bahkan keliru yang berhasil dikoreksi secara 'fair' hingga akhirnya sang penanya menarik kesimpulannya sendiri dengan 'tuduhan'nya, "Apakah anda seorang PR atau apa?"
Mengapa ia langsung menuduhkan profesi PR ? Karena ia tahu, bahwa posisi yang dapat menjelaskan mengenai seluk beluk perusahaan a to z secara baik adalah seorang PR atau humas, bukan yang lain. Dan simak pula kesimpulan yang dapat dipetik dari pengalaman diskusi ini. Bahwa sebuah persepsi yang keliru dapat diluruskan oleh peran vital seorang PR. Jadi bayangkanlah betapa dasyatnya peranan seorang PR.
PR BUKAN CORONG PERUSAHAAN
PR bukan corong perusahaan, istilah itu hanyalah bentuk penyederhanaan tentang fungsi PR yang kerap digunakan orang awam. Sesungguhnya peran PR sangat strategis serta berada pada tataran manajerial dan bukan pada area teknis sebagaimana yang dipahami selama ini. Karenanya, untuk dapat menjalankan fungsinya maka PR dituntut menguasai seluk beluk organisasi/perusahaan dan mengikuti kronologis setiap proses pengambilan keputusan yang menyangkut kebijakan strategis perusahaan. Sadarkah anda, bahwa sesungguhnya peranan PR yang optimal dan efektif mampu menciptakan sebuah perubahan yang sangat besar ? Persoalannya, mampukah dunia kerja memahami potensi dan kekuatan yang mampu dimainkan oleh seorang profesional PR ? Sebaliknya, sadarkah para praktisi PR tentang kekuatan peranan profesinya sebagai seorang PR bagi stakeholdernya ? Jadi, sehebat apakah organisasi anda mampu memberdayakan PR bagi kemajuan dan membangun reputasi yang nyata ? Dan, sedasyat apakah pula anda sebagai seorang PR ? Jangan sampai anda berada di tempat yang tidak memiliki keduanya ... !!!
No comments:
Post a Comment